Sunday, November 04, 2018

GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas guru. Tugas itu menuntut banyak persyaratan, baik professional, biologis, psikologis, maupun pedagogig-didaktis. Al-ghazali menyusun pesyaratan yang harus dimiliki guru antara lain sebagai berikut:
·         Guru hendaknya memandang murid seperti anaknya sendiri. Rosulullah SAW. Mencontohkan hal ini dengan menyatakan posisinya di tengah-tengah para sahabat: “Sesungguhnya aku bagi kamu seperti orang tua terhadap anaknya. (H.R Abu Daud Al-Nasai, Ibnu Majah, Dan Ibnu Hibban)
·         Tidak mengharap upah atau pujian, tapi harus mengharap keridhoan Allah dan berorientasi mendekatkan diri kepada-Nya.
·         Guru hendaknya memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasihat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan mnuntut ilmu ialah mendekatkan diri pada allah, bukan memperoleh kedudukan atau kebanggaan.
·         Guru harus memperhatikan tehadap fase perkembangan berfikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berfikir murid.
Sedangkan Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan persyaratan seorang pendidik agar seorang pendidik menjalankan fungsi sebagai pendidik atas tiga macam yaitu; (1) Yang berkenaan dengan dirinya sendiri. (2) yang berkenaan dengan pelajaran, dan (3) yang berkenaan dengan muridnya. Pertama, syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya yaitu antara lain:
·         Tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain.
·         Menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara', dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan harga dirinya di mata orang banyak.
·         Memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dan menghindarkan diri dari akhlak yang buruk.
·         Selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah daripadanya, baik secara kedudukan ataupun usianya.
·         Rajin meneliti, menyusun, dan menulis dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian.
Kedua, syarat-syarat guru berhubungan dengan pelajaran antara lain:
·         Mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua murid. Artinya ia harus berusaha agar apa yang akan disampaikannya hendaklah diperkirakan dapat dinikmati oleh seluruh siswanya dengan baik.
·         Mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan dan kepentingannya.
·         Mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras, hingga membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh murid atau siswa.
·         Menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. Artinva dalam memberikan materi pelajaran, seorang guru memperhatikan tata cara penyampaian yang baik (sistematis), sehinga apa yang disampaikan akan mudah dicerna oleh murid.
·         Menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun dalam kelas, seperti menghina teman, tertawa keras, tidur, berbicara dengan teman atau tidak menerima kebenaran. Ini berarti guru atau pendidik dituntut untuk selalu menanamkan dasar-dasar akhlak terpuji dan sopan santun baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan belajar.
·         Bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran, dan menjawab pertanyaan. Apabila ia ditanya tentang sesuatu yang ia tidak tahu, hendaklah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu.
·         Tidak mengajarkan pelajaran  yang tidak dikuasainya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelecehan ilmiah dan sebaliknya akan terjadi hal yang sifatnya untuk memuliakan ilmu dalam proses belajar mengajar.
Ketiga, kode etik guru di tengah-tengah para muridnya, antara lain:
·         Mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah, menyebarkan ilmu, menghidupkan syara' menegakkan kebenaran, dan mecegah kebathilan serta memelihara kemaslahatan umat.
·         Mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri Artinya, seorang guru hendaknya menganggap bahwa muridnya itu adalah merupakan bagian dari dirinya sendiri (bukan orang lain).
·         Memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
·         Menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar muridnya dapat memahami pelajaran.
·         Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar guru selalu memperhatikan tingkat pemahaman siswanya dan pertambahan keilmuan yang diperolehnya.
·         Bersikap adil terhadap semua muridnya.
·         Berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid.
·         Terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun akhlaknya. Murid yang saleh akan menjadi "tabungan" bagi guru baik di dunia, maupun di akhirat.

Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Keutamaan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembanmya Tugas yang diemban seorang guru hampir sama dengan tugas seorang Rasul. Dari pandangan itu dipahami, bahwa tugas pendidik sebagai "warasal al-anbiya" yang pada hakikatnya mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid. kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi.
Menurut al-Gazali, tugas pendidik yang utama adalah, menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik. Pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia.
Kedua, fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. Ada beberapa pernyataan tentang tugas pendidik yang dapat disebutkan di sini antara lain ialah:
a)       Mengetahui karakter murid.
b)      Selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
c)       Mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.
Al-Ghazali menjelaskan tugas pendidik, yang dapat disimpulkan dengan ilmu yang diajarkannya.
a)       Mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan  kewajibannya.
b)      Menjadi teladan bagi anak didik.
c)       Menghormati kode etik guru

PARADIGMA PEMBELAJARAN HARUS BERUBAH


Tidak ada yang dikerjakan. Segala sesuatu diatas bumi ini tetap dilakukan atau telah dilakukan. Lukisan paling besar belum terlukis, drama yang paling besar belum di tulis, puisi paling besar belum disyairkan, Diseluruh dunia tidak ada kereta api yang sempurna, juga tidak ada pemerintahan yang baik, tidak ada hukum yang masuk akal. Fisika, matematika, dan terutama ilmu yang paling maju dan paling eksak sedang direvisi secara fundamental. Kimia baru saja menjadi sebuah sains; psikologi, ekonomi, dan sosiologi sedang menantikan seorang Darwin yang karyanya pada gilirannya menantikan seorang einstein. Jika saja anak-anak yang berhura-hura bisa menceritakan hal ini, mereka mungkin tidak semuanya menjadi ahli dalam bidang sepak bola, partai-partai, dan meraih peringkat-peringkat. Akan tetapi, mereka tidak diberi tahu tentang hal ini; mereka diberi tahu untuk mempelajari apa yang sudah diketahui. Ini sama sekali tidak ada apa-apanya .

ini kutipan tulisan Lincoln Steffens yang menulis pada tahun 1931 tetapi saya kira sampai saat ini tetap bisa memberikan  inspirasi dan memang sama benarnya. Persoalannya adalah Pendidik atau kita  mau mengajarkan apa yang sudah diketahui sebelumnya atau mengajarkan kreatifitas; bagaimana menemukan sesuatu; menemukan, merealisasikan ide-ide baru; bagaimana memecahkan masalah-masalah lingkungan sekitar, bagaimana memunculkan inovasi; bagaimana menciptakan peluang dan memanfaatkan peluang.
Ilmu pengetahuan adalah sistem berpikir tentang dunia empiris. Dengan demikian pendidikan keilmuan adalah pendidikan berpikir rasional tentang dunia empiris. Dari sisi taksonomi berpikir, maka pendidikan keilmuan berarti mendidik berpikir pada tingkat kognitif tertentu. Dengan taksonomi Bloom misalnya, didikan berpikir keilmuan terletak pada tingkat analisa-sintesa-evaluasi-kreasi, tidak pada tingkat dibawahnya.
Fakta pembelajaran saat ini menunjukkan rendahnya tingkat kecakapan berpikir tingkat analisa-sintesa-evaluasi-kreasi anak didik . Para pakar pendidikan mengatakan bahwa proses pembelajaran yang dominan di sekolah-sekolah masih membelajarkan tingkat rendah yakni mengetahui, memahami, dan menggunakan belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir evaluasi-kreatif yakni suatu yang paling esensi dari dimensi belajar. Sebagian besar pendidik belum merancang pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Sebenarnya para pendidik telah menyadari bahwa pembelajaran berpikir agar anak menjadi cerdas, kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga telah mendasari pengembangan kurikulum kita lebih lebih mengedepankan pembelajaran yang konstekstual dengan lingkungan kehidupan sehari-hari anak. Akan tetapi sebagian besar pendidik kita belum berbuat, belum merancang secara serius pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar (Drost, 1998, Mangunwijaya, 1998, Kamdi, 2002). Kita masih berkutat dengan cara-cara mengajar yang lama, yang cenderung mematikan kreativitas anak.
Proses “pembelajaran” saat ini masih diimplementasikan sebagai proses menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa. Kegiatan belajar berupa kegiatan menambah pengetahuan, kegiatan menghadiri, mendengar dan mencatat penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang diberikan saat berlangsungnya ujian. Pembelajaran adalah proses menyampaikan, memberikan, memindahkan/mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa.
Dalam tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif , menerima apa saja yang diberikan guru, tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan dan diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia karena diberi otak, dibelenggu oleh guru. Siswa yang jelas-jelas dikaruniai otak seharusnya diberdayagunakan, difasilitasi, dimotivasi, dan diberi kesempatan, untuk berpikir, bernalar, berkolaborasi, untuk mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhannya serta diberi kebebasan untuk belajar.
Sudah seharusnya meruntuhkan pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi “mitos” bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi kembali pengetahuan yang selama ini diyakini banyak tenaga kependidikan. Jalaluddin Rakhmat (2005) dalam buku Belajar Cerdas, menyatakan bahwa belajar itu harus berbasis otak .
Dengan kata lain revolusi belajar dimulai dari otak. Otak adalah organ paling vital manusia yang selama ini kurang dipedulikan oleh dosen dalam pembelajaran. Pakar komunikasi mengungkapkan kalau kita ingin cerdas maka kita harus terlebih dahulu menumbangkan mitos-mitos tentang kecerdasan (Ekamawati,W, Jawa Pos, 11 September 2005).
Menurut pandangan Slavin (1997)) dalam proses pembelajaran pendidik tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuannnya sendiri dalam dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara-cara membelajarkan, mendesain informasi menjadi lebih bermakna dan lebih relevan bagi kebutuhan siswa. Caranya antara lain dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak mereka agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Menurut Nur (1999), pendidik sebaiknya hanya memberi “tangga” yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa (Brooks, 1990, Slavin, 1997), antara lain,
(1) siswa perlu didorong secara individual menemukan dan mengubah informasi yang kompleks menjadi lebih sederhana, bermakna, agar menjadi miliknya sendiri
(2) siswa perlu selalu membandingkan informasi yang satu dengan informasi yang lain, jika tidak cocok, ia harus berupaya untuk mengubahnya agar sesuai dengan skematanya.
Dengan demikian maka belajar harus bersifat konstruktif, artinya dapat digambarkan sebagai proses berpikir pada saat terjadinya penemuan ilmiah, pemecahan masalah, menciptakan sesuatu. Kegiatan tersebut bisa dalam bentuk eksplorasi, eksperimentasi, kreativitas, ketekunan, kesabaran, rasa ingin tahu, dan kerja sama atau kolaboratif.
Perubahan paradigma pembelajaran di atas mempunyai implikasi yang sangat besar, karena akan menumbuhkan kebiasaan mental untuk dapat berpikir secara produktif. Indikasi-indikasi berpikir produktif ( Marzano dalam Kamdi, 2002) demikian antara lain,
(1) self-regulated thinking and learning, yakni kompetensi mengetahui apa yang sedang dipikirkannya, tindakan yang terencana, mengetahui sumber-sumber yang penting, sensitive terhadap umpan balik, dan evaluatif terhadap keefektifan tindakan; (2) critical thinking and learning, yang dicirikan oleh tindakan yang ceermat, jelas, terbuka, bisa mengendalikan diri, sensitive terhadap tingkat pengetahuan,; dan
(3) creative thinking and learning yang ditandai dengan semangat tinggi, berusaha sebatas kemampuan, percaya diri, teguh, dan menciptakan hal-hal atau cara baru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan ketiga indikator di atas adalah dengan mengintegrasikan ke dalam tugas-tugas di kelas dan menggunakan contoh-contoh khusus dari kehidupan orang yang memiliki kompetensi unggul.


GURU, PROFESI YANG LUAR BIASA

Dalam prototype teori , jika mendengar kata ‘burung’ kata apa saja  yang terpikirkan oleh kita? jawaban pertanyaan tadi misalnya saja  kata-kata itu adalah merpati, pipit, elang dsb. Lalu jika anda mendengar kata ‘Guru’ apa saja kata-kata yang terpikirkan oleh anda? Saya pernah mengajukan pertanyaan ini ke beberapa teman (sebagian besar guru) semacam survey kecil-kecilan , jawabannya cukup beragam tetapi fantastis, bagaimana tidak fantastis, jawaban yang muncul paling banyak adalah kata-kata ‘negatif’ paling  sering adalah Umar Bakrie , mungkin yang menjawab kata ini terlalu sering membaca artikel-artikel di media masa  dan mendengarkan lagu Iwan Fals, entahlah. Jawaban yang lain adalah kata ‘sertifikasi’ jawaban yang ini tentu dasarnya gaji dobel guru , meskipun kenyataannya  sampai saat ini tidak diterima setiap bulan.  Ada banyak jawaban yang muncul , sah sah saja menjawab berbagai kata ketika ada pertanyaan apa yang terpikirkan ketika mendengar kata Guru, karena memang sangat subjektif
Dari sekian jawaban pertanyaan tadi, yang menarik dicermati adalah kata ‘ Luar Biasa” ya kata ini rasanya paling pas untuk guru bahkan bisa jadi menggambarkan keberadaan profesi guru itu sendiri, luar biasa pekerjaan yang diemban oleh guru, dari mulai merencanakan pembelajaran melaksanakan dan mengevaluasinya,  sekedar contoh , kalau seorang guru mengajar 2 jam per minggu lihat saja minimal 24 jam mengajar artinya ada 24 kelas,  kalau saja 24 kelas rata-rata murid 35 berarti ada  840 peserta didik yang harus diperhatikan kemajuan belajarnya,materi apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, bagaimana cara menilai , bagaimana mengevaluasi , berapa nilai yang tepat, bagaimana jika siswanya tidak sesuai dengan target pencapaian belajar, bagaimana jika siswa ada yang sangat kurang kemampuannya, jika saja ia menugaskan membuat sebuah Cerpen misalnya,  dia harus mengkoreksi 840 cerpen hasil kerja siswa yang tentu saja lengkap dengan tata bahasa yang salah, pemilihan kata yang tidak tepat, ejaan yang tidak tepat, ya 840 cerpen harus dikoreksi di tengah kesibukan urusan urusan yang lain nya, itu baru satu tugas dari beberapa bab pelajaran yang harus diajarkan. bukankah itu hal yang luar biasa. Hal lain yang luar biasa adalah 840 siswa itu lengkap dengan beragam permasalahan belajar yang harus sanggup di amati dan ditanggulangi oleh guru tersebut.
Ketika mengantar anak saya hari pertama masuk Sekolah Dasar (SD),  memperhatikan guru SD mengajar di hari pertama murid-muridnya, guru tersebut berusaha agar murid-muridnya merasa nyaman belajar di kelas. Adalah anak SD kelas 1 , ada yang masih malu-malu, takut, ada yang tidak mau ditinggalkan ibu nya, beragam masalah. Luar biasanya guru tersebut mampu membuat anak didiknya bisa mengikuti pelajaran, saya jadi berpikir ini benar-benar luar biasa, tentu saja tidak semua siswa sudah bisa membaca dan menghitung, kesabaran,  cara beliau mengajarkan membuat mereka bisa membaca, sekali lagi bisa membaca! Membaca itu gerbang untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu baru bagi si anak, dan guru tersebut yang membuatnya bisa membaca, apakah itu tidak luar biasa? Mengantarkan, memfasilitasi anak didiknya menjadi bisa membaca, 15 tahun saja dia mengajar kalau setiap tahun ada  30 anak yang diajarkan membaca dia telah mengajarkan 450 anak, berapa jumlah SD kelas 1  di negeri ini? data terakhir jumlah SD di Indonesia sebanyak 148.000 sekolah, itu urusan membaca belum menghitung, belum mengajarkan karakter/akhlak  misalnya menghormati teman, hidup rukun, menghormati orang tua, kalau dibarengi dengan niat yang lurus, kesolehan , keikhlasan dan pengabdian yang tulus, berapa amal kebaikan yang dia tabung untuk akherat kelak, harus diakui profesi guru itu luar biasa.
Itu di tingkat dasar bagaimana dengan tingkat menengah, tingkat atas atau kejuruan rasanya tidak perlu panjang lebar lagi, ditingkat-tingkat tersebut diajarkan pemahaman, keahlian, budi pekerti yang pada akhirnya berujung pada penentuan generasi bangsa, apakah generasi bangsa ini akan menjadi baik atau sebaliknya, meskipun tidak hanya peran guru dalam menentukan nasib bangsa ini di masa yang akan datang, tetapi peran guru dan pendidikan tidaklah kecil dan layak diperhitungkan dan terus dipikirkan kemajuannya.
Dari sekian bnayak pekerjaan rutinitas yang harus dikerjakan , berapa upah jasa yang diterima  oleh seorang Guru ? munculnya ‘guru pahlawan tanpa tanda jasa’ , guru identik dengan Oemar Bakrie dalam lagu Iwan Fals adalah bukti belum sejahteranya guru. Tidak sedikit  memang guru yang mapan dilihat  dari upah jasa yang diterima terutama sekolah-sekolah swasta di perkotaan, namun  pada umumnya, upah jasa guru belumlah dapat dikatakan  layak, upah di bawah Upah Minimum Regional (UMR) rasanya bukan rahasia lagi untuk sebagian besar guru, apalagi guru honorer di sekolah-sekolah negeri dan guru-guru sekolah swasta yang kecil di daerah.  Tidak heran ada berita guru setelah mengajar punya pekerjaan sampingan mengojek, tidak aneh guru setelah mengajar jadi kuli angkut atau mengajar private ke rumah-rumah. Baiklah, akhir-akhir ini muncul sertifikasi guru, tetapi  kondisi nyata di lapangan berapa persen yang sudah tersertifikasi, oke lah  stop agaknya terlalu jauh, itu bisa ber bab panjangnya jika membahas sertifikasi, yang jelas mudah-mudahan semua guru di negeri ini cepat  tersertifikasi, kembali ke soal pekerjaan seabrek dan rutinitas pekerjaannya serta upah jasa yang diterimanya, apakah  itu tidak  luar biasa?
‘Guru bukan profesi pilihan’ , ini juga luar biasa, bagaimana ada pernyataan dan kenyataan ini sementara guru adalah penentu generasi yang akan datang,  banyak kasus memang guru bukan profesi pilihan, tidak usah jauh-jauh ke survey penelitian atau semacamnya ,  banyak kasus lulusan S1 susah mendapatkan pekerjaan yang sesuai akhirnya mengambil akta IV karena ‘backround’ S1 nya bukan dari kependidikan, berharap menjadi guru, berharap mendapat pekerjaan. Itu baru contoh kecil, bahkan sangat kecil tetapi bisa jadi kasus ini jumlahnya ribuan, buktinya pada saat itu program akta IV dibuka di beberapa daerah oleh  pergurun tinggi terkemuka. Memang profesi guru luar biasa, dalam banyak tulisan tentang begitu berharganya profesi guru sering sekali di kutip tulisan seperti ini Pada akhir masa pengeboman sekutu atas Jepang, yang ditandai dengan jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,kaisar Jepang saat itu, Kaisar Hirohito, Kaisar bukan menanyakan berapa jumlah pabrik yang tersisa, berapa jumlah bank yang masih buka, atau berapa jumlah rumah yang masih berdiri. Satu-satunya pertanyaan beliau adalah, "Berapa jumlah guru yang masih kita punyai?" Hasil dari dialog pendek tersebut sungguh luar biasa. Kini Jepang berbalik, seolah merekalah yang menjajah Amerika. Pada tahun 2006, pabrikan mobil Toyota melejit menjadi produsen mobil nomor 1 sedunia. rasanya pertanyaan yang relevan untuk guru di Indonesia “ berapa jumlah Guru yang sudah diperhatikan dengan layak oleh pemerintah? lagi-lagi luar biasa kan profesi guru?
Pengetahuan tidak ada artinya kecuali disampaikan kepada siswa dalam bentuk yang dapat mereka mengerti. Tapi usaha tersebut percuma saja jika siswa bosan dan mengantuk ketika materi tersebut disampaikan, karena mereka belum berpikir materi tersebut ada/ tidak ada gunanya buat mereka. Guru yang baik menyadari hal ini, dan bekerja keras untuk membuat materi yang relevan. Mereka menunjukkan kepada siswa bagaimana materi akan berguna untuk kehidupan atau karir mereka kelak. Guru yang baik sudah jauh melampaui tujuan, ingin siswanya lebih berhasil, melihat hal tersebut karena materi yang disajikan di depan kelas olehnya disajikan dengan  menarik .
Fakta tentang guru mungkin banyak yang tidak kita ketahui, berperan tak hanya sebagai pengajar di sekolah formal atau nonformal. Tanggal 25 November setiap tahunnya diperingati sebagai yang bertepatan dengan hari ulang tahun PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Hari Guru Nasional dirayakan bukan dengan menjadikannya hari libur, tapi biasanya diperingati di sekolah-sekolah dengan mengadakan upacara dan atau memberi penghargaan terhadap guru yang dinilai teladan, mengabdi lama, atau berprestasi. Sebagai seseorang yang pernah mendapatkan pengajaran dari guru, tentu kita sangat berterima kasih atas pengabdiannya di dalam kelas. Faktanya guru bukan hanya aktif di dalam kelas tapi juga di saat-saat yang barangkali tidak pernah kita bayangkan.
Kata guru berasal dari bahasa Sanskerta yang memiliki arti harfiah “berat”. Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu-ilmu yang lain, misalnya ilmu bela diri. Secara umum guru dapat diartikan sebagai pendidik profesional yang memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan pemberi evaluasi peserta didik.
Sebagai pendidik profesional tentu seorang guru harus memiliki kualifikasi formal. Guru terbagi menjadi 3 jenjang menurut siswa yang di didiknya yaitu guru pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Di Indonesia, guru sebagai pengajar di sekolah harus memiliki gelar sarjana di bidang pendidikan sesuai dengan jenjang atau mata pelajaran yang diajarkannya. Ia juga harus memiliki sertifikat tanda sudah lulus menjadi pengajar profesional dengan ketetapan hukum yang sah. Guru terbagi menjadi dua yaitu guru tetap dan guru honorer. Guru tetap yaitu guru yang telah memiliki status minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan telah ditugaskan di sekolah tertentu sebagai instansi induknya.
Sementara itu guru honorer adalah guru tidak tetap dan belum berstatus minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Guru honorer digaji per jam pelajaran, bahkan seringkali mereka digaji secara sukarela, kebanyakan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Barangkali merekalah para guru yang patut disebut “pahlawan tanpa tanda jasa.”
Sebagai siswa, kita kadang tidak bertanya atau mencari tahu apakah guru kita sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan guru tetap atau hanya sebagai guru honorer saja. Di mata siswa, semua guru statusnya sama karena mereka mengajar tidak berdasarkan gaji mereka tapi berdasarkan kurikulum yang mengharuskan mereka memutar otak agar siswa dapat mencapai keterampilan yang telah ditentukan. Yang membedakan bagi siswa hanyalah guru tersebut mengajarnya mudah dicerna atau tidak, disiplin tinggi atau tidak, dekat dengan siswa atau tidak, dan banyak memberi tugas atau tidak. Selebihnya apa pun kegiatan, keadaan, dan pendapat guru, siswa tidak begitu memikirkannya.

Berikut adalah 25 fakta tentang guru yang barangkali kita tidak mengetahui dan menyadarinya.
1.       Guru tidak hanya bekerja pukul 7 pagi hingga pukul 3 siang saja, tapi mereka pun bekerja di rumah apakah itu untuk mempersiapkan materi berikutnya, menyiapkan soal Pekerjaan Rumah (PR), remedial dan ulangan, atau memeriksa dan menilai tugas yang diserahkan oleh para siswa.
2.       Guru menjadi guru bukan karena mereka tidak cukup pintar untuk bekerja di bidang lain yang lebih dipandang di masyarakat, tapi mereka menjadi guru karena mereka ingin membuat hidup para anak bangsa lebih baik lagi.
3.       Guru bisa menjadi sangat frustasi karena mereka tahu potensi yang tinggi dari seorang siswa tapi ia tidak berupaya semaksimal mungkin ketika belajar di sekolah.
4.       Guru sangat menyukai siswa yang datang ke sekolah setiap hari dengan sikap baik dan benar-benar ingin belajar.
5.       Guru menghormati orang tua yang menghargai pendidikan, mengerti tingkat akademis anak mereka, dan mendukung apa pun yang guru lakukan.
6.       Guru hanyalah manusia biasa yang memiliki kehidupan di luar sekolah, yang memiliki hari baik dan buruk, dan kadang berbuat kesalahan.
7.       Guru ingin kepala sekolah dan administratif mendukung apa yang mereka lakukan, memberikan saran bagi perbaikan pendidikan ke depannya, dan menghargai kontribusi yang telah dilakukan guru kepada sekolah.
8.       Guru itu kreatif dan asli. Meskipun mereka mencontoh cara mengajar orang lain, tapi tetap saja tidak ada guru yang sama dalam mengajar.
9.       Guru berkembang secara terus menerus karena mereka selalu mencari cara terbaik agar dapat menyentuh para siswa.
10.    Guru punya siswa kesukaan. Mungkin guru tidak menyatakannya secara langsung, tapi ada murid-murid tertentu yang mereka sukai dengan berbagai alasan.
11.    Guru sangat terluka ketika orang tua tidak mengerti bahwa pendidikan adalah kolaborasi antara guru dengan orang tua si anak.
12.    Guru sangat suka keteraturan. Mereka tidak suka jika ada yang melenceng dari rencana yang sudah ia tentukan.
13.    Guru mengerti bahwa siswa sebagai individu dan siswa dalam kelas adalah berbeda, mereka terus belajar untuk mengerti kebutuhan masing-masing siswa.
14.    Guru sangat membenci pada media yang membesar-besarkan kesalahan beberapa oknum guru yang mengacau daripada memberitakan sebagian besar para guru yang selalu berupaya melakukan yang terbaik bagi para siswanya.
15.    Guru membenci politisasi pendidikan.
16.    Guru tidak selalu menyukai materi yang mereka ajarkan kepada para siswa, terkadang mereka merasa kesulitan dan tidak nyaman ketika mengajarkan sebuah materi.
17.    Guru sejatinya ingin yang terbaik bagi para siswanya, mereka tidak ingin melihat kegagalan siswanya.
18.    Guru seringkali menggunakan uangnya sendiri untuk hal-hal yang mereka butuhkan dalam proses belajar mengajar di kelas.
19.    Guru ingin melihat siswa-siswanya yang telah lulus menjadi orang yang produktif dan warga negara yang sukses di kehidupan selanjutnya.
20.    Guru ingin menjadi model yang baik bagi para siswanya.
21.    Guru bekerja pada siklus yang tidak pernah berhenti kecuali apabila mereka berhenti mengajar, mereka bekerja keras untuk setiap siswanya dari titik A ke titik B dan memulai lagi yang baru di tahun ajaran mendatang.
22.    Guru kadang merasa frustasi melihat beberapa guru yang kurang profesional dan tidak mengajar untuk alasan yang kurang jelas.
23.    Guru sangat senang menerima dan menggunakan teknologi baru jika saja mereka benar-benar dilatih untuk dapat menggunakannya.
24.    Guru akan sangat senang sekali apabila satu kelas hanya berisi 15-18 siswa.
Guru sangat menyukai dan menikmati hari libur mereka. Hari libur merupakan waktu bagi mereka untuk menyegarkan kembali dan refleksi pikiran agar ke depannya mereka dapat membuat perubahan yang mereka yakini sangat bermanfaat bagi anak-anak

TIPS KOMUNIKASI EFEKTIF DI KELAS


Awalnya memang sebuah ide kemudian dituangkan dalam bentuk artikel untuk koran dan majalah, ada kepuasan tersendiri ketika artikel tersebut dimuat di salah satu koran atau majalah. Kemudian muncul semangat mecari ide-ide lain , yang terjadi adalah banyak ide membuat artikel bahkan buku. Mulai dari ingin menyusun buku ‘masterpiece’ (menurut saya)  tentang guru dan pendidikan , novel remaja yang berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya sampai buku kewirausahaan ‘cara membuat kerajinan dari kertas daur ulang’. Banyak sekali ide bermunculan .
Saya percaya  jika anda seorang pengajar anda pun ingin membuat artikel atau buku tetapi kendalanya sangat banyak terutama soal waktu, rutinitas dan kesibukan pekerjaan sangat sulit mendapatkan waktu untuk mewujudkan ide-ide tersebut. Saat buku ini disusun sebenarnya ada naskah ‘masterpiece’ tentang guru dan pendidikan tentu saja bab per bab serius dengan teori dari berbagai sumber, tetapi begitulah bab satunya beres , bab lain memerlukan literatur lain, terlupakan karena kesibukan sehari-hari, rutinitas pekerjaan. Tertunda lagi. Proses ini sangat lama.
George  adalah seorang penulis abad XX, suatu ketika ada wawancara ibunya dengan seorang yang bukan pengagum penulis ini, pewawancara menanyakan gaya George yang katanya berubah-ubah, strukturnya tidak kuat, dan karakterisasi-karakterisasinya. Dengan enteng tetapi telak ibunya menjawab “oh saya tahu memang banyak orang dapat menulis lebih baik dibandingkan anak saya tetapi George melakukannya”. Ya kata-kata itu “George melakukannya”, dalam dua kata ucapan itu benang merahnya adalah apa yang terjadi pada begitu banyak orang termasuk saya. Mempunyai banyak ide tetapi tidak melakukannya. Memiliki banyak ide dan tidak melakukan tindakan apapun untuk merealisasikan ide tersebut sama saja dengan tidak memiliki ide sama sekali.
Buku Mengenai komunikasi sudah ada, apalagi buku-buku pembelajaran banyak beredar di pasaran, karena belajar itu harus menyenangkan, belajar di kelas itu proses yang sangat menentukan maka kenapa tidak cara  komunikasi efektif ini ditulis saja,  Atas dasar itu  saya harus berani memutuskan untuk membuat ‘fastbook’, kalau makanan ada ‘fastfood’, inilah ‘fastbook’ buku cepat saji untuk anda calon pengajar, pengajar dan siapapun yang tertarik dengan pendidikan, mudah-mudahan ‘fastbook’ ini besar manfaatnya dan tidak kehilangan esensi nya.
Adalah google.com yang membuat buku ini bisa hadir di tangan anda, boleh jadi buku ini adalah semacam ‘kliping’ dari artikel-artikel yang jumlahnya berjuta-juta ketika saya mencari sumber tulisan materi yang saya tulis. Demikianlah Buku ini jauh dari sempurna dan sangat mungkin jika anda yang menuliskan buku seperti ini akan lebih baik, tetapi sekali lagi saya melakukannya. Mudah-mudahan andapun akan mulai melakukannya menuliskan ide-ide anda ke dalam sebuah artikel atau buku. Tujuannya tentu saja agar  dunia pendidikan dan  masyarakat kita banyak mendapatkan inspirasi ke arah yang lebih baik. Saya menunggu kritik yang membangun dari anda di bagus73@gmail.com. Seperti tulisan di rumah makan,  Kalau anda puas beri tahu yang lain kalau anda tidak puas beritahu kami. Selamat membaca.
Meski berada di jalur yang benar anda akan terlindas kalau hanya duduk terus disana –will rogers
Saya guru, dan seringkali mendengar keluhan siswa-siswa saya di kelas tentang ‘guru galak’, ‘guru yang menggunakan kata-kata kasar’ atau kata kata yang tidak pantas diucapkan, Kata-kata itu membekas di anak didik kita menjadi luka, membuat rendah diri, membuat frustasi anak didik kita bahkan tidak sedikit yang merasa di ‘bully’ , Hal lain  kata-kata itu mampu menginspirasi mereka untuk menjadi apa saja yang mereka inginkan.
 Anda tidak harus membaca bab per bab buku ini, anda bisa membaca dari bab mana saja karena setiap bab mempunyai subtansinya masing-masing. Dengan membaca buku ini diharapkan keterampilan komunikasi kita sebagai pendidik menjadi lebih baik lagi, bagaimanapun pendidik adalah ujungtombak di sekolah yang membentuk karakter siswa, dan salahsatu yang sangat dominan mempengaruhi karakter siswa adalah komunikasi di kelas, komunikasi dalam proses pembelajaran. Dengan membaca buku ini mudah-mudahan tidak ada lagi kata-kata negatif di dalam kelas, tidak ada lagi siswa yang menjadi rendah diri karena dibuat malu dihadapan teman-temannya oleh guru yang belum mengerti bagaimana berkomunikasi dengan siswa di kelas.
Dengan membaca buku ini mudah-mudahan kita semua lebih berhati-hati ketika berkomunikasi dan yang paling penting tidak menyakiti orang lain dalam berkomunikasi. Selamat Membaca.