Mekanismenya adalah, kita menerima dan
mengakui bahwa seseorang telah menyakiti kita, dan kemudian kita
menerima dan kemudian kita menerima dan mengakui perasaan kita ketika
disakiti orang tersebut. Itulah arti sesungguhnya dari memaafkan ujar
Memaafkan
adalah kejujuran. Jujur untuk mengakui bahwa kita merasa marah, benci,
atau dendam, dan kemudian kita memaafkan perasaan-perasaan tersebut.
Jadi, sebenarnya kita berurusan dengan hati kita sendiri, bukan dengan
orang lain. Maka, kita harus memaafkan perasaan kita sendiri yang telah
merasakan marah, benci, atau kecewa setelah disakiti orang lain.
Itulah sebabnya mengapa Nabi Muhammad
SAW bersabda, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Jadi, yang
seharusnya kita taklukkan adalah diri kita, perasaan kita sendiri, bukan
orang lain.
Untuk menaklukkan alias memaafkan
perasaan kita, maka yang harus dilakukan adalah menerima saja perasaan
itu. Perasaan atau emosi adalah energi yang bergerak (e-motion : energy
in motion). Energi bersifat mengalir, karena itu tidak bisa ditahan.
Kalau ditahan, maka dia akan memupuk dan suatu saat akan memaksa keluar
dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Karena itu, energi atau emosi ini
harus diterima dengan sadar, ikhlas dan tanpa penolakan.
Hanya
dengan menyadari dan mengizinkan emosi tersebut hadir di dalam diri,
energi ini akan menjadi netral dan kembali menjadi bagian dari diri
kita. Rasa tak nyaman yang menyertainya pun akan lenyap.
Lebih dari itu, pertengkaran dan
peperangan itu toh ujung-ujungnya mencari jalan untuk damai. Jadi,
kenapa tidak berdamai saja dari awal??… (RBS)http://quantumikhlas.com/?p=808