Tidak
sembarang orang dapat melaksanakan tugas guru. Tugas itu menuntut banyak
persyaratan, baik professional, biologis, psikologis, maupun
pedagogig-didaktis. Al-ghazali menyusun pesyaratan yang harus dimiliki guru
antara lain sebagai berikut:
·
Guru hendaknya memandang murid
seperti anaknya sendiri. Rosulullah SAW. Mencontohkan hal ini dengan menyatakan
posisinya di tengah-tengah para sahabat: “Sesungguhnya aku bagi kamu seperti
orang tua terhadap anaknya. (H.R Abu Daud Al-Nasai, Ibnu Majah, Dan Ibnu
Hibban)
·
Tidak mengharap upah atau pujian,
tapi harus mengharap keridhoan Allah dan berorientasi mendekatkan diri
kepada-Nya.
·
Guru hendaknya memanfaatkan setiap
peluang untuk memberi nasihat dan bimbingan kepada murid bahwa tujuan mnuntut
ilmu ialah mendekatkan diri pada allah, bukan memperoleh kedudukan atau
kebanggaan.
·
Guru harus memperhatikan tehadap fase
perkembangan berfikir murid agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan
kemampuan berfikir murid.
Sedangkan Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan persyaratan seorang
pendidik agar seorang pendidik menjalankan fungsi sebagai pendidik atas tiga
macam yaitu; (1) Yang berkenaan dengan dirinya sendiri. (2) yang berkenaan
dengan pelajaran, dan (3) yang berkenaan dengan muridnya. Pertama, syarat-syarat guru berhubungan dengan dirinya yaitu antara
lain:
·
Tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat
untuk mencapai kedudukan, harta, prestise, atau kebanggaan atas orang lain.
·
Menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara', dan
menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang
dapat menjatuhkan harga dirinya di mata orang banyak.
·
Memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dan menghindarkan
diri dari akhlak yang buruk.
·
Selalu belajar dan tidak merasa malu
untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah daripadanya, baik secara kedudukan
ataupun usianya.
·
Rajin meneliti, menyusun, dan menulis
dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian.
Kedua, syarat-syarat guru berhubungan dengan pelajaran antara
lain:
·
Mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh
semua murid. Artinya ia harus berusaha agar apa yang akan disampaikannya
hendaklah diperkirakan dapat dinikmati oleh seluruh siswanya dengan baik.
·
Mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan
dan kepentingannya.
·
Mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras, hingga
membisingkan ruangan, tidak pula terlalu rendah hingga tidak terdengar oleh
murid atau siswa.
·
Menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan pembahasan pada objek
tertentu. Artinva dalam memberikan materi pelajaran, seorang guru memperhatikan
tata cara penyampaian yang baik (sistematis), sehinga apa yang disampaikan akan
mudah dicerna oleh murid.
·
Menegur murid-murid yang tidak menjaga sopan santun dalam kelas,
seperti menghina teman, tertawa keras, tidur, berbicara dengan teman atau tidak
menerima kebenaran. Ini berarti guru atau pendidik dituntut untuk selalu
menanamkan dasar-dasar akhlak terpuji dan sopan santun baik di dalam ruangan
ataupun di luar ruangan belajar.
·
Bersikap bijak dalam melakukan pembahasan, menyampaikan pelajaran,
dan menjawab pertanyaan. Apabila ia ditanya tentang sesuatu yang ia tidak tahu,
hendaklah ia mengatakan bahwa ia tidak tahu.
·
Tidak mengajarkan pelajaran
yang tidak dikuasainya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pelecehan
ilmiah dan sebaliknya akan terjadi hal yang sifatnya untuk memuliakan ilmu
dalam proses belajar mengajar.
Ketiga, kode etik guru di tengah-tengah para muridnya, antara
lain:
·
Mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah, menyebarkan ilmu,
menghidupkan syara' menegakkan kebenaran, dan mecegah kebathilan serta
memelihara kemaslahatan umat.
·
Mencintai muridnya seperti ia mencintai dirinya sendiri Artinya,
seorang guru hendaknya menganggap bahwa muridnya itu adalah merupakan bagian
dari dirinya sendiri (bukan orang lain).
·
Memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
·
Menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar
muridnya dapat memahami pelajaran.
·
Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukannya. Hal ini dimaksudkan agar guru selalu memperhatikan tingkat
pemahaman siswanya dan pertambahan keilmuan yang diperolehnya.
·
Bersikap adil terhadap semua muridnya.
·
Berusaha membantu memenuhi kemaslahatan murid.
·
Terus memantau perkembangan murid, baik intelektual maupun
akhlaknya. Murid yang saleh akan menjadi "tabungan" bagi guru baik di
dunia, maupun di akhirat.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Keutamaan seorang
pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembanmya Tugas yang diemban seorang
guru hampir sama dengan tugas seorang Rasul. Dari pandangan itu dipahami, bahwa
tugas pendidik sebagai "warasal al-anbiya" yang pada hakikatnya
mengemban misi rahmat li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia
untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan
dunia dan akhirat. kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan
kepribadian yang berjiwa tauhid. kreatif, beramal saleh dan bermoral tinggi.
Menurut
al-Gazali, tugas pendidik yang utama adalah, menyempurnakan, membersihkan,
menyucikan hati manusia untuk ber-taqarrub kepada Allah. Sejalan dengan ini Abd
al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik. Pertama, fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih,
pemelihara, dan pengembang fitrah manusia.
Kedua, fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan
mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. Ada
beberapa pernyataan tentang tugas pendidik yang dapat disebutkan di sini antara
lain ialah:
a) Mengetahui karakter murid.
b) Selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang
diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
c) Mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang
diajarkannya.
Al-Ghazali
menjelaskan tugas pendidik, yang dapat disimpulkan dengan ilmu yang
diajarkannya.
a) Mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan kewajibannya.
b) Menjadi teladan bagi anak didik.
c) Menghormati kode etik guru
No comments:
Post a Comment