Tuesday, April 09, 2013

KEKUATAN 'STORYTELLING' (METODE BERCERITA)

anda pernah mendengarkan dongeng yang diceritakn orang tua anda waktu kecil? ada imajinasi disitu, andapun seakan-akan memang ikut merasakan, ikut melihat peristiwanya, itu lah contoh sederhana kekuatan story telling (metode bercerita) Storytelling merupakan budaya universal manusia, terhitung dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Storytelling adalah sebuah bagian dari aktifitas komunikasi, yang sejatinya menuangkan ide, buah pikiran, atau pesan, yang mengisahkan tentang kisah hidup atau berbagai kejadian secara lisan. Tidak semua orang memiliki kemampuan bercerita dengan baik. Tantangannya adalah kreasi dibenak kita dan cara bagaimana mengungkapkan apa yang telah di cipta dalam dunia ide.
Sebagian orang memanfaatkan media dalam menuangkan ide, buah pikiran, atau pesan, kedalam ringkasan sebuah cerita, diantaranya media visual. Ada dua kata yang terkandung dalam visual storytelling, yaitu visual dan storytelling. Visual adalah segala hal yang berhubungan dengan penglihatan, artinya dapat dilihat. Sedangkan storytelling adalah cara yang dilakukan untuk menyampaikan suatu cerita kepada audience, baik dalam bentuk kata-kata, foto, gambar maupun suara. Pengertian Visual Storytelling adalah cara menyampaikan suatu cerita kepada audience dalam bentuk media visual. Istilah gampangnya, “ Biarkan gambar atau foto berbicara “. Ibarat sebuah gambar, terdiri dari 1000 kata.
Menurut John Berger, 1982, gambar mempunyai sejumlah kekuatan, diantaranya:
1.         Seeing comes before words. The child looks and recognizes before it can speak.
2.         It is seeing which establishes our place in the surrounding world
3.         The relation between what we see and what we know is never settled.
Hanya melihat sebuah gambar atau foto, seseorang telah mampu merangkai ribuan kata, secara jelas tentang apa yang mau diceritakan. Tanpa mesti dijelaskan secara lisan terlebih dahulu, gambar telah bercerita kepada yang melihatnya.
Sejalan dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, budaya bercerita, terus mengalami perkembangan. Dari budaya bercerita konvensional, yang mengandalkan kemampuan bercerita lisan,  kemudian menggunakan media gambar, dan kini menuju ke arah era digitalisasi. Digital storytelling adalah ungkapan modern dari seni bercerita yang mengandalkan kekuatan dengan gambar, musik, narasi dan suara bersama-sama, sehingga memberikan dimensi dalam dan warna hidup untuk karakter, situasi, pengalaman dan wawasan.
Knut Lundby, 2008 dalam bukunya Digital Storytelling mengartikan sebagai “ small-scale as a media form, short just few minute long, made with off-the-shelf equetment and technique. The production are not expensive, for example, be zooming of still picture rather than moving image. The story centring the narrator’s own, personal life and experience and usually told in his or her own voice”. Story telling dalam era digital menemukan bentuk baru dalam skala yang kecil, berdurasi pendek dibuat dengan teknik yang sederhana dengan biaya murah, yang menyangkut pengalaman hidup seseorang yang diceritakan dengan narasi dan menggunakan suara yang bersangkutan.
Menurut McClean, 2007, story telling is related to the narrative power of visual effect in film. Dalam film tidak hanya kata-kata verbal, namun animasi visual dan efek manipulatif yang dihasilkan, yang semua itu merupakan representasi dari ide atau pesan yang ingin disampaikan. Sederhananya, cerita pendek digital 2 sampai 10 menit film multimedia yang menggabungkan foto, video, animasi, suara, musik, teks, dan sering suara narasi. Bentuk baru dari cerita muncul dengan munculnya produksi hardware media yang dapat diakses teknik, dan perangkat lunak, tetapi tidak terbatas pada kamera digital, perekam suara digital, iMovie , Windows Movie Maker dan Final Cut Express . Ini teknologi baru memungkinkan individu untuk berbagi cerita melalui Internet pada YouTube , Video , compact disc, podcast , dan sistem distribusi elektronik.
The "cerita digital" panjang juga dapat mencakup berbagai narasi digital (web-based cerita, cerita interaktif, hypertexts, dan permainan narasi komputer). Hal ini kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada pembuatan film pada umumnya, dan pada akhir, itu telah digunakan untuk menggambarkan upaya iklan dan promosi oleh perusahaan komersial dan non-profit.
Cerita digital dapat digunakan sebagai media ekspresif dalam kelas untuk mengintegrasikan materi pelajaran dengan pengetahuan dan keterampilan yang masih ada dari seluruh kurikulum. Siswa dapat bekerja secara individual atau bersama-sama untuk menghasilkan cerita digital mereka sendiri. Setelah selesai, cerita-cerita yang mudah di-upload ke internet dan dapat dibuat tersedia untuk audiens internasional, tergantung pada topik dan tujuan dari proyek ini.
Salah satu contoh, digital storytelling pernah dikembangkan diThe National Gallery of Art di Washington DC juga mengadakan serangkaian kelas untuk mengintegrasikan kurikulum pendidikan seni dengan cerita digital dari 2003-2005. Aspek-aspek bercerita digital, gambar, musik, dan narasi memperkuat ide dan menarik bagi jenis belajar yang berbeda. Guru dapat menggunakannya untuk memperkenalkan proyek, tema, atau area konten, dan juga dapat membiarkan siswa mereka membuat cerita digital mereka sendiri dan kemudian mereka berbagi. Guru dapat membuat cerita digital untuk membantu memfasilitasi diskusi kelas, sebagai antisipasi set untuk topik baru, atau untuk membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep yang lebih abstrak.
 Cerita-cerita ini dapat menjadi bagian integral dari setiap pelajaran dalam berbagai mata pelajaran. Siswa juga dapat membuat cerita digital sendiri. Melalui penciptaan cerita-cerita siswa diwajibkan untuk mengambil kepemilikan materi yang mereka sajikan. Mereka harus menganalisis dan mensintesis informasi juga. Semua ini mendukung pemikiran tingkat yang lebih tinggi. Siswa mampu memberikan suara diri mereka melalui mengekspresikan pikiran dan ide-ide.
Kasus diIndonesia, pemanfaatan digital storytelling, umumnya lebih banyak mengadopsi digital storytelling dari luar negeri melalui berbagai media, diantaranya media youtube. Banyak sekali digital storytelling, dapat diunduh, dan dipresentasikan sebagai bagian dari pemberian materi pelajaran sekolah, terutama tentang materi pelajaran nilai dan budipekerti. Sementara, yang dikaryakan sendiri oleh siswa-siswa sekolah, kebanyakan masih bersifat sederhana, misalnya masih menggunakan foto dan hasil menggambar siswa. Sedangkan yang diproduksi melalui program komputer gambar, klip video, film, animasi hanya sedikit saja. Hal ini sangat beralasan, karena kemampuan siswa untuk memproduksi bentuk cerita digital dengan memanfaatkan film dan klip video masih terbatas. Kecuali munculnya kreatifitas guru dalam mengembangkan digital storytelling kepada siswa.     
Digital storytelling, disisi lain, sebenarnya melatih siswa untuk berusaha mengingat dengan peristiwa lain yang berhubungan. Selanjutnya, membaca cerita dapat melatih siswa untuk berusaha mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Dengan kata lain, digital storytelling bagi siswa sangat efektif dalam mengembangkan imajinasi positif, mengembangkan pengalaman emosi, pemberian pendidikan moral, memperbesar cakrawala mental, menumbuhkan rasa humor serta membangkitkan apresiasi.
Menurut Carey, 2003 dalam McQuail menyatakan seiring dengan teknologi berbasis komputer, terdapat pula berbagai inovasi yang dalam beberapa hal mengubah aspek komunikasi. Aspek komunikasi yang berubah adalah munculnya budaya visual, dimana siswa diajak memahami sebuah gambar dan koneksitas gambar kedalam sebuah tulisan atau cerita yang logis dan kritis. Ada unsur pengembangan kerangka berpikir dari visual atau gambar kedalam sebuah tulisan atau lisan. Siswa dapat mempelajari dan berusaha memahami pesan dari rangkain gambar, dan dikonstruksi menjadi sebuah keutuhan realita sesuai fakta yang ada dalam gambar.
Karakteristik yang paling penting dari sebuah digital storytelling adalah bahwa tidak lagi sesuai dengan konvensi mendongeng tradisional karena cerita digital (digital storytelling) mampu menggabungkan citra bergerak, suara, dan teks, serta menjadi fitur interaktif. Kemampuan ekspresif teknologi menawarkan dasar yang luas dimana untuk berfungsi mengintegrasikan. Hal ini meningkatkan pengalaman bagi siswa untuk interaktivitas yang lebih besar. Metode bercerita atau story telling merupakan metode yang cukup efektif dalam menarik perhatian audiens. Metode ini juga bisa digunakan oleh pemasar untuk menarik perhatian para konsumen dan pelanggannya. Tidak hanya itu, metode bercerita bisa menjadi media sebuah merek memenangi sebuah kompetisi. Ekterina Walter, kolumnis di situs Mashable, mengatakan selain lantaran desain yang unik, layanan kepada pelanggan, kesuksesan perusahaan juga ditentukan pada kemampuannya untuk menceritakan merek mereka kepada pelanggannya. Cerita, sambung Walter, tak seperti elemen pemasaran lainnya, memampukan merek  terhubung dengan pelanggannya pada tataran emosional. Dan, metode ini memiliki kekuatan luar biasa di era digital seperti sekarang. Ada empat atribut kunci merek bisa sukses melakukan kampanye berbasis cerita ini. Walter menyebut juga empat merek yang sukses di masing-masing atribut. 
 1. Etika
Sepatu merek TOM, misalnya, telah dijual di lebih dari 500 gerai di seluruh dunia. Sepatu ini dikenal dengan program etik dan sosialnya. Ada sebuah etos bahwa setiap pembelian sepatu, satu pasang didonasikan untuk anak-anak yang membutuhkan. Merek ini berhasil membuat cerita aktivitas filantropinya sebagai bagian utama dalam gerak bisnis perusahaan.
Perusahaan ini juga berhasil membangun cerita tersebut di media online, seperti di situs web mereka maupun di YouTube yang sudah dilihat oleh empat jutaan orang. TOM juga menggunakan blog untuk mengeksplorasi aktivitas mereka dalam memengaruhi orang di seluruh dunia.
 2. Personalitas
Mr. Kipling yang mengusung semboyan “Exceedingly Good Cakes” merupakan pemimpin pasar di pasar kue di Inggris selama beberapa dekade. Iklan TVC Mr. Kipling mengusung cerita tentang seorang lelaki terhubung dengan beberapa generasi dengan makan kue tersebut.
Sayangnya, Mr. Kipling bukan sosok sungguhan. Namun, strategi ini diklaim menuai sukses dalam pemasaran di era digital. Bahkan, di online, Mr. Kipling mendapat jodoh Mrs. Kipling yang memiliki fan page sendiri di Facebook dengan lebih 100.000 fans. Termasuk juga di Twitter. Tokoh Mr. Kipling dan Mrs. Kipling membuat narasi menjadi lebih personal.
3. Asal Usul
Mengusung tenmpat asal juga menjadi salah satu elemen menarik dalam metode bercerita ini. Chrysler mengambil Detroit dan menempatkannya sebagai inti kampanyenya “Diimpor dari Detroit.” Iklan inspiratif ini meluncur pada tahun 2009 dan memberi semangat bagi warga Amerika Serikat yang sedang dilanda krisis ekonomi.
Di kanal YouTube, iklan komersial Eminem Superbowl telah menarik perhatian 15 juta views. Chrysler juga bermitra dengan merek lokal The Juliets untuk melanjutkan kampanye Detroitnya. Termasuk mempromosikan merchandise melalui media sosial yang hasilnya untuk kegiatan karitatif mereka.
4. Sikap
Nike memiliki kisah sukses sendiri dalam menggunakan metode  bercerita. Nike selama ini dikenal sebagai pemasok andal sepatu dan busana olahraga. Dan menariknya, Nike tidak sekadar menjual produk. Nike berhasil menjual sikap yang mana setiap orang merupakan seorang atlit yang bisa memenangi pertandingan.
Semangat di atas menjadi semangat dalam komunitas Running dan kampanye Livestrong yang mengusung prestasi-prestasi Lance Armstrong. Kampanya ini dinilai sangat sukses, khususnya di media sosial. Misalnya, kanal Livestrong di YouTube mengusung cerita ornag-orang yang terkena kanker dengan tujuan untuk menyemagati orang melalui pesan “Unity is strenght, knowledge is power, and attitude is everything!” Sejauh ini, kanal tersebut sudah mendapatkan lebih dari dua juta views. Sementara, di Twitter, akunnya mendapat lebih dari 250.000 follower dan fans Facebooknya mendapatkan lebih dari 1,5 juta tanda suka.
.............dan perlu anda ketahui bahwa di indonesia ada "akademi bercerita"  linknya disini 


Kesimpulan

            Digital storytelling merupakan hasil peradaban baru, yang muncul akibat kemajuan daya pikir manusia, yang mampu mengembangkan teknologi. Digital storytelling tak lain hanyalah representasi dari sebuah fakta, yang terwakili dalam sebuah gambar digital diam ataupun bergerak, musik dan teks. Penggabungan fakta inilah, mampu mengungkapkan sebuah cerita atau narasi tentang sebuah kisah hidup. Manusia adalah organisme cerita secara perseorangan dan kehidupan sosial.
            Konten digital storytelling, dapat dijadikan sebagai pesan dari aktifitas komunikasi, dimana proses penyampaian pesan itu melalui media komputer.  Digital storytelling menyediakan tool untuk mengirim pengetahuan, ide, pesan, nilai ataupun sebuah budaya baru, dalam konteks sosial. Bahkan dengan digital storytelling, akan terjadi pengembangan budaya visual dan budaya tulis dalam proses peningkatan ketrampilan berpikir kritis.     

No comments:

Post a Comment