Thursday, April 18, 2013

TUTUWUHAN SUNDA

TUTUWUHAN SUNDA I

BUNTIRIS
Cocor bebek; Kalanchoe pinnata (Lmk) Pers. Termasuk suku Crassulanceae. Terna, tinggi sampai 75 cm. Batang persegi empat agak sedikit bulat, bagian pangkal berdaun tunggal dan selebihnya berdaun majemuk, menyirip ganjil sebanyak 3-5 helai daun. Helaian anak daun berwarna hijau, berbentuk bundar telur menjorong, 9-14 x 1,5-6 cm; pinggirnya bergerigi ganda dengan lekukan-lekukan yang dapat bertunas. Perbungaan berbentuk malai, bunga kemerahan. Tumbuh sampai ketinggian 1000 m dapl. Biasa ditemukan tumbuh liar ditempat yang berbatu atau dibawah pagar hidup. Tak jarang juga ditanam sebagai tanaman hias atau obat. Perbanyakan dengan stek daun. Remasan daun buntiris digunakan untuk obat luka, obat keseleo, obat sakit kepala, obat penyakit kulit pada anak-anak, sebagai pipilis.

HAMBERANG
Hamberang atau Hamerang; Ficus Toxicaria. Nama pohon yang serat kulitnya kuat untuk dijadikan tali. Di beberapa tempat dipakai untuk mengikat buliran padi satu ikatan yang disebut Geugeus atau Eudan. Getahnya dapat dijadikan malam untuk membatik, daunnya untuk makanan kambing.

handeuleum
HANDEULEUM
Gaptophyllum Picturn Griff. Tumbuhan perdu, tinggi ± 8 m, daun lonjong, letaknya berhadapan. Daun dan kulitnya berbau tak sedap, terasa seperti ada lendirnya. Ujung dan kelopak bunganya besar berbentuk daun biasa, warnanya putih. Bunga berbentuk bintang. Bermanfaat untuk mengobati wasir, bisul, borok, empedu berbatu, susu bengkak (daunnya), tidak teratur haid (bunganya). Handeuleum biasa disebut dibagian akhir cerita pantun sebagai penutup kata: Cag urang tunda di handeuleum sieum, di hanjuang siang.

HARENDONG
harendong
Perdu tegak, berbulu sikat, tinggi sampai 4 m. Daunnya bertepi rata, berbentuk bundar telur atau lonjong; bertulang daun lima; diantara tulang-tulang daun itu permukaan atas berbulu pendek dan kasar, permukaan bawah berbulu pendek, atau kadang-kadang tidak berbulu. Perbungaan diujung batang, terdiri dari 5-18 bunga besar, merah muda dan ungu, dengan dua daun pelindung. Bunganya kecil-kecil, bila masak berwarna ungu tua dan manis, berisi banyak biji kecil. Dikampung-kampung di pedesaan buahnya sering dimakan anak-anak, juga dimakan burung, seperti kutilang. Daun muda dimakan sebagai lalab. Buah dan kulit batang digunakan untuk pewarna hitam dan merah bata. Di beberapa tempat, daunnya digunakan sebagai obat untuk penyakit busung air; penawar mabuk karena minuman keras; obat diare dan disentri; juga untuk obat kumur dan luka bakar. Akarnya digunakan untuk obat penenang, dan untuk penyakit ayan.

JARINGAO
Tumbuhan berbatang basah. Tumbuhan liar dihutan-hutan atau tempat-tempat lain yang tanahnya agak lembab. Ada juga yang ditanam dipekarangan, biasanya di dekat pagar. Rimpangnya agak tahan lama, berwarna putih dan bila sudah kering menjadi merah muda. Rasanya Pahit. Mengandung zat minyak terbang (eugenol, asaron, asarilal dehida), akorin, akoretin, kalamin, kalsium oksalat, pati, glukosa, lendir, protein, dan zat samak. Bermanfaat untuk mengobati ayan, bengkak, bisul, kejang kaki, gigi goyah (daunnya); encok, disentri, dan empedu berbatu (rimpangnya). Peribahasa: Budak bau Jaringao keneh, artinya belum dewasa, belum layak menjadi lawan yang setanding (ucapan bernada merendahkan lawan). Perbahasa ini seringkali terdapat dalam wawacan, ketika seorang jagoan ditantang oleh pendekar yang masih muda.

EURIH
Alang-alang; Imperata Spec. div. Jenis rerumputan yang tumbuh dihutan-hutan, diladang-ladang, dan di tegalan terutama ditempat-tempat yang dibiarkan tandus. Tumbuhan liar berumpun ini mudah berkembang biak, tapi sangat memusingkan petani karena mengganggu tanaman dan sulit untuk diberantas. Tingginya ada yang sampai 2 meter. Daunnya berbentuk pita, dari jauh tampak mirip tanaman padi. Bunganya berbulir majemuk dan berwarna putih, mudah terbang terbawa angin. Binatang ternak seperti kerbau, domba, dan kambing tidak suka makan daunnya. Pada musim kemarau daunnya menguning lalu mongering, mudah terbakar, tapi akarnya masih hidup meskipun daun-daunnya telah jadi abu. Dari puing-puing abunya bermunculan tunas, ujungnya yang lancip-lancip terasa sakit dikaki bila terinjak, bahkan dapat melukai. Orang-orang dipedusunan dari masa akhir abad ke-19 dan masih hidup sampai pertengahan abad ke-20, suka bercerita tentang orang yang di terkam harimau di pakidulan (bagian selatan) Jawa Barat. Konon harimau yang disebut maung lodaya itu suka bersembunyi dihutan alang-alang menantikan mangsa. Diceritakan bahwa harimau itu tidak dapat dilihat oleh manusia sekalipun hanya terhalang selembar daun alang-alang. Tapi disisi kemubajiran tumbuhan ini, ternyata baik pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang, masih ada manfaatnya. Dulu sebelum ada genting, orang membuat atap dari ijuk atau dari alang-alang (welit). Sedangkan pada masa sekarang, zaman modern, pada tumbuhan ini dapat ditemukan zat-zat yang dijadikan obat. Rimpangnya mengandung zat-zat damar, asam kersik dan logam alkali. Semua bagian tumbuhan ini dapat dijadikan obat kurap. Sedangkan rimpangnya dapat dibuat obat untuk berbagai penyakit seperti beser (sering kencing), kencing nanah, kencing darah, raja singa, luka-luka, demam, tekanan darah tinggi, dan lemah syahwat.

CALINGCING
calingcing
Balingbing wuluh; Averrhoa belimbi L; termasuk suku belimbing-belimbingan (Oxalidaceae). Pohon kecil, tinggi 5-15 m, tumbuh sampai ketinggian 750 m dapl. Daun majemuk, berpasangan; anak daun berbentuk lonjong sampai bundar telur. Bunga kecil, biasanya muncul dari batang utama atau cabang-cabang; kelopak bunga berwarna hijau, mahkota merah keungu-unguan. Buah lonjong berair, rasanya sangat masam, beruang atau berkotak tiga dan bergantung pada pada batang atau daun. Buah dimanfaatkan untuk sayur dan untuk membersihkan noda-noda pada pakaian atau barang loyang atau tembaga. Di Jawa Barat pohon ini lebih sering dijumpai sebagai tanaman liar di semak belukar, tetapi tak jarang pula ada yang membudidayakannya sebagai tanaman pekarangan. Perbanyakan dengan biji atau melalui cangkokan. Buah mengandung banyak vitamin C; biasa digunakan untuk bumbu sayur asam atau bumbu sayur lainnya, ada juga yang membuatnya menjadi manisan; dikenal pula sebagai obat batuk tradisional.



Sumber: Ensiklopedia Sunda
TUTUWUHAN SUNDA II

CANGKUDU
Mengkudu - Morinda Citrifolia. Nama tumbuhan perdu, buahnya hampir sebesar kepala orang dewasa, penuh benjolan seakan-akan kudisan. Biasanya tumbuh di sisi pagar atau di sudut-sudut pekarangan rumah di pedusunan. Tumbuh sendiri, bukan ditanam orang.
Buahnya berwarna hijau, tapi kalau sudah terlalu matang warnanya keputih-putihan. Berbiji banyak. Pucuk dan pentilnya biasaya dikukus untuk lalab, buahnya yang belum terlalu matang biasanya dirujak.
Rasanya kesat, dan yang sudah matang betul dijadikan obat hipertensi. Kulit akatnya mengandung zat warna kuning (soga).


GAYOL
GANYOL atau GANYONG - Canna Edulis KER, termasuk suku Cannaceae. Tumbuhan berumbi bentuk rimpang bercabang dengan selaput tipis.
Bermanfaat sebagai sumber karbo hidrat. Tinggi mencapai 2 m. Daun lebar dengan warna hijau tepi ungu tua atau merah tua. Perbanyakan melalui mata tunas pada umbinya. Dapat hidup pada berbagai macam tanah tetapi lebih menyukai tanah liat dan berpasir. Hidup dan tumbuh dengan baik sampai ketinggian 2250 dapl.
Umbinya yang sudah tua dapat dimakan, biasa dimakan setelah direbus. Rasanya agak manis, dimanfaatkan sebagai makanan tambahan atau selingan, juga merupakan persediaan bahan makan untuk musim paceklik.
Dari pati umbinya dapat dibuat tepung yang dapat diolah menjadi makanan bayi atau kue-kue.

ANTANAN
antanan
Daun Kaki Kuda - Hydrocotyle Sibthorpioides. Tumbuh-tumbuhan terna menjalar berbuku-buku, pada setiap buku keluar akar dan daun. Daunnya bundar menyerupai ginjal, bertangkai panjang, pangkal daun berbentuk hati, pinggirannya bergerigi.
Tumbuh di tegalan, di pematang sawah, di tepi parit, dan di tempat lain yang agak terbuka tetapi tanahnya cukup lembab, tumbuh subur diantara rerumputan.
Daunnya dapat dimakan mentah sebagai lalab atau dijadikan campuran rujak cuka dan asinan. Memamah daun antanan dapat menyembuhkan sariawan di mulut, perasan airnya diminum sebagai penurun tekanan darah tinggi.

JOTANG
Spilanthes Acnella Murr. Tumbuhan liar yang dapat dijumpai di ladang, tegalan, pematang sawah, hutan belukar. Tumbuh baik di tanah lembab dan agak teduh, sampai ketinggian 2700 m dapl. Tumbuhan berbatang basah, tinggi sampai 0,60 cm, adakalanya bisa lebih. Orang Sunda biasanya memanfaatkan daunnya sebagai lalab bersama sambal oncom.

mamangkokan
MAMANGKOKAN
Notophanax Scuttellariana. Perdu, tanaman pagar, dimakan daunnya setelah dimasak terlebih dahulu, baunya wangi. Manfaatnya bisa menghilangkan bau badan, menghilangkan jerawat dan menyembuhkan sakit campak.


panglay
PANGLAY
Banglai - Zingiber Ottensii. Tanaman liar tapi kemudian ditanam dan dipelihara sebagai bahan obat atau jamu. Umbinya yang baunya tidak enak dimakan lalu disemburkan ke sekeliling bayi yang baru lahir. Perbuatan itu disebut bubura, ngabura, agar bayi tidak diganggu oleh makhluk halus. Sebagai obat gosok bisa menghilangkan kejang. Bila diminum dipercaya bisa menenangkan hati yang gelisah.

PEUTEUY SELONG
Petai Cina - Leucaena Leucocephala. Jenis tumbuhan pohon, tinggi sampai 6 m, daun majemuk, menyirip dengan anak daun kecil-kecil sebanyak 20 - 30, berbentuk lonjong, bunga berbentuk kepala, berwarna putih, tumbuh di ketiak daun (pendul).
Buah berbentuk polong, yang masih muda (belum berbiji) dimakan sebagai lalab. Bijinya kecil sebesar kurang lebih 6 mm (panjang) dan 4 mm (lebar), berbentuk lonjong, gepeng. Biji yang masih hijau dimakan sebagai lalab pula, bau dan rasanya mirip Peuteuy, dimasak dengan ikan peda atau ikan teri jadi bobotok. Buah yang telah tua biasanya dibiarkan pecah sendiri di pohon dan mengeluarkan biji berwarna coklat, kalau jatuh di tanah lembab dapat segera tumbuh.
Kulit batang digunakan untuk bahan pewarna coklat, kulit yang dikeringkan dan dipotong-potong disebut papangan, gunanya untuk ngareueuy kecrik atau jaring yang disebut sirib agar tahan air.
Kayunya yang sudah tua sangat keras dan kuat, dengan cara dibubut dapat dijadikan mainan anak-anak yang disebut PANGGAL, yang tahan hantaman panggal lawan dalam permainan. Selain itu kayunya sangat baik untuk dijadikan arang.
Peuteuy Selong tumbuh dengan baik di dataran rendah dan tinggi, di desa-desa di daerah pemukiman, dijadikan pagar atau tanaman peneduh. Pohon yang kerap dipangkas (daunnya dapat digunakan makanan ternak) menumbuhkan cabang yang banyak dan tidak menjadi terlalu tinggi. Peuteuy selong adakalanya disebut selong saja, ada juga yang menyebut Peuteuy Cina atau bendara.
Pohon ini kebanyakan tumbuh liar, baik di daerah pemukiman maupun di hutan-hutan.



Sumber: Ensiklopedia Sund

No comments:

Post a Comment