MAKANAN
SUNDA
Oleh
H. Unus Suriawiria
Gurubesar
Bioteknologi dan Agroindustri ITB
RINGKASAN
Dari
sekitar 80 jenis Makanan Sunda, lebih dari 65% terbuat dari tumbuh-tumbuhan,
sedang sisanya terbuat dari ikan dan daging. Sehingga setelah ada penambahan bumbu
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka nilai organoleptik (antara lain rasa
dan aroma) makanan akan menjadi lebih menarik. Juga kandungan gizi dan
nutrisinya sangat baik untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Serta lebih jauhnya
lagi akan dapat menghindari, mengatasi dan bahkan menyembuhkan berbagai jenis
peyakit berbahaya.
Penyiapan
bahan-bahan menjadi makanan, ada yang dilakukan secara fisik (ditumbuk,
dicampur, dimasak), secara kimia (penambahan asam cuka) ataupun secara biologis
(proses fermentasi, baik alkoholik misal pada pembuatan tape, ataupun secara
non-alkoholik, misal pada pembuatan asinan)
Yang
menjadi kendala mengapa Makanan Sunda tidak dapat mendunia seperti halnya
Kentucky Fried Chicken, Hamburger, Pizza, Ommelet, Hotdog, Jimsum, Tempura dan
sebagainya, karena sepenuhnya belum ada Sentuhan dan Kreativitas Seni serta
Budaya dalam bentuk pengemasan, pemberian hiasan, penyajian dan pola
hidang, seperti halnya makanan-makanan yang saat ini sudah menguasi pangsa
pasar dunia tersebut.
MAKANAN
SUNDA termasuk di dalamnya “Lalab dengan Sambalnya”, merupakan budaya dan
kehidupan masyarakat di kawasan Pasundan, yang sudah memiliki sejarah dan
perjalanan panjang sejak nenek moyang atau karuhun Sunda dulu. Kalau kemudian
setiap Urang Sunda yang banyak mengembara keberbagai tempat, kerinduannya
terhadap makanan tersebut tidak akan luntur karena tahun terus berlalu, atau
berkurang karena perjalanan kehidupan yang panjang ataupun karena lingkungan
tempat hidupnya sudah jauh berbeda.
Seperti
apa yang terjadi pada Cep Didi asal Parigi dan Ujang Tarma asal Singaparna,
atau Neng Uum asal Panjalu dan Nyi Imas asal Ciomas. Walau sekarang sudah
menjadi penghuni kawasan elit Pondok Indah di Jakarta yang identik dengan
status mereka sebagai direktur bank dan manajer perusahaan impor-ekspor
terkemuka, atau istri pejabat tinggi dan konglomerat kaya, yang kalau makan
siang ataupun makan malam bersama kolega-bisnisnya di rumah makan hotel
berbintang terkenal, tetapi kegemaran dan kerinduannya terhadap Makanan Sunda,
tidak akan luntur karena tahun berlalu, atau berkurang karena perjalanan
panjang jaman. Sehingga pada hari-hari libur tertentu harus menyempatkan diri
mengunjungi salahsatu rumah makan ka-Sunda-an sekitar Senayan, atau sengaja
pergi ke Bogor, Puncak, Cianjur bahkan Bandung, untuk memuaskan hasrat hatinya
dan kerinduannya terhadap warisan budaya dan kehidupannya.
MAKANAN
SUNDA
Untuk
menghasilkan ramuan (formula) makanan bukan pekerjaan tanpa pengalaman. Apalagi
kalau makanan tersebut pada akhirnya dapat merajai dunia.
Suatu
jenis makanan akan diakui keberadaannya oleh pangsa pasar yang luas, serta
diterima oleh lidah para pengguna, ditentukan oleh beberapa faktor penentu
antara lain nilai organoleptik makanan tersebut, yang meliputi rasa,
aroma dan penampilan.
Rasa dan
aroma makanan, ditentukan oleh bahanbaku, penambahan bumbu penyedap serta
proses pengolahan. Sedang penampilan ditentukan oleh kreativitas desainer untuk
merancang bentuk dengan komposisi warna menarik dan pengemasannya. Sehingga
suatu produk akan luas edaran bisnisnya dan diterima oleh konsumen dari
banyak tempat/negara, tergantung kepada kepakaran para ahli teknologi makanan
untuk meramu dan memasaknya, serta kepada kreativitas para ahli desain produk
untuk mengemas secara menarik dan menghidangkannya.
Inilah
salah satu contoh di manajemen teknologi makanan yang berbasiskan kerja –
simbiosa – mutualistik antara pakar teknologi dan pakar seni dan desain,
sehingga menghasilkan suatu produk bermutu di bidang sumber gizi/nutrisi dan di
bidang produk untuk pemasaran, sehingga sendi-sendi kreativitas teknologi dan
seni – budaya, menyatu dan berkiprah bersamaan.
Dari
masalah dasar inilah kalau kemudian terungkap mengapa produk makanan suatu
negara dapat menguasai pasar dunia, seperti yang sekarang terjadi di Indonesia
: Ada hot dog, ada hamburger, ada spaghetti, ada maiyonase,
ada karee, ada kebab, ada sukiyaki, ada chinchaluk
dan sebagainya yang kesemuanya berasal dari benua Amerika, dan beberapa negara
di benua Eropa, dari India, Jepang, dari negara Timur Tengah, dari Korea
Selatan dan sebagainya.
Padahal
dari segi gizi (terkait dengan kesehatan) dan nutrisi (terkait dengan
kebugaran) jenis-jenis makanan asing tersebut yang sekarang sepertinya sudah
menjadi penghuni Indonesia, tidak akan melebihi makanan ka-Sunda-an yang sudah
banyak diperdagangkan. Bahkan banyak diantara makanan Sunda tersebut yang sudah
diakui nilainya sebagai makanan yang enak, gurih, dan memiliki rasa serta aroma
memikat. Ambilah contohnya lalab-sambel, ikan bakar, cobek, pepes/pais ikan,
lotek, rujak, soto, laksa, sampai ke sambal sekalipun.
Salah satu
penyebab mengapa jenis-jenis makanan tersebut kurang populer di negri orang,
antara lain yaitu masalah pengemasan yang menarik, masalah kualitas yang dapat
dipercaya. Sehingga kalaupun dijadikan oleh-oleh ke negaranya, tidak akan ada
kendala atau apalagi menjadi rusak. Dari pengalaman panjang produk makanan
Indonesia yang sekarang sudah dapat mengisi pangsa pasar setempat di suatu
negara, seperti antara lain dodol garut, wajit cililin, ikan
asap bahkan sampai ke tarasi sekalipun, yaitu bahwa masalah
pengemasan yang menarik dan tidak rusak selama perjalanan, juga masalah
kualitas (khususnya terkait dengan keselamatan produk) tidak akan bermasalah
karena perjalanan dan selama pengangkutan. Atau karena adanya perubahan cuaca
di negara tujuan.
Yang perlu
untuk dibanggakan adalah bahwa umumnya bahanbaku pembuatan makanan Sunda selalu
termasuk kepada program “4 sehat dan 5 sempurna” yang terdiri dari sumber
karbohidrat tinggi (biji-bijian, umbi-umbian dan sebagainya), sumber protein
tinggi (ikan, biji-bijian dan daging), sumber vitamin dan mineral tinggi
(seperti sayuran dan lalab) serta sederet bahan yang pada saat ini banyak
diharapkan kehadirannya untuk kesehatan dan kebugaran, seperti antara lain
Omega-3 (dari ikan), anti-oksidan (dari buah-buahan), anti-kanker dan HIV-AIDS
(dari sayuran dan jamur) sampai ke peningkat gairah seksual sekalipun (dari
lalab-lalaban) dan sebagainya.
Paling
menarik adalah masalah tempe (walau produk ini bukan hanya milik/berasal
dari lingkungan kehidupan Urang Sunda saja, tetapi umum untuk suku bangsa di
pulau Jawa), yaitu bahwa kalau biji kedele dianalisa, maka senyawa berkhasiat
yang ada di dalamnya terdiri dari sekitar 5 macam, yaitu : Protein, Lemak,
Karbohidrat, Mineral dan Vitamin. Tetapi setelah diproses menjadi tempe senyawa
bermanfaat yang ada di dalamnya terdiri dari sekitar 9 macam, umumnya memiliki
khasiat sebagai obat, seperti : Protein, asam amino, mineral, vitamin, lesitin,
antibiotika, antivirus, anti-oksidan, zat pengatur
tumbuh, dan sebagainya. Sehingga kalau tempe secara rutin dikonsumsi, maka
si pemakan minimal akan terhindar dari beberapa penyakit berbahaya masa kini,
seperti jantung koroner, infeksi bakteri/virus, dan sebagainya.
Pada
umumnya makanan Sunda memiliki kandungan gizi (untuk kesehatan) dan nutrisi
(untuk kebugaran) yang tinggi, terdiri dari :
- Karbohidrat (asal tanaman, terutama biji-bijian dan umbi-umbian)
- Lemak dan protein (asal ikan , hewan ternak dan biji-bijian)
- Mineral dan vitamin (asal tanaman, terutama sayuran dan lalab)
nasi
& lalap sambel
Seperti
juga jenis makanan lainnya yang umum di Indonesia, selalu menambahkan bumbu/penyedap
alami asal tanaman yang memiliki fungsi sebagai :
- Peningkat nilai organoleptik (rasa dan aroma) makanan
- Peningkat warna dan penampilan makanan
- Pengawet agar makanan dapat disimpan lama tanpa kerusakan dan penurunan kualitas.
yang
terdiri dari antara lain : jahe, kencur, kunir, lengkuas, pandan, cabe, bawang,
pedes, asam dan sebagainya.
Tercatat
sedikitnya ada 80-macam makanan Sunda, umumnya terbuat dari :
- Biji-bijian
- Buah-buahan
- Umbi-umbian
- Daun/pucuk tanaman
- Kulit batang
- Tepung
- Tanaman secara keseluruhan
- Ikan
- Daging
- Telur
Dari
jumlah tersebut sedikitnya sekitar 10 jenis yang memiliki nilai bisnis tinggi,
baik untuk komoditi perdagangan lokal/setempat ataupun sebagai komoditi ekspor.
|
|
Kendala
yang paling umum dan banyak dijumpai terhadap makanan tersebut adalah :
- Kualitas produk yang belum tetap dan seragam
- Kualitas produk yang belum terjamin
- Kontinuitas produk yang belum terpenuhi oleh kebutuhan konsumen
lotek
Beberapa
jenis Makanan Sunda ada yang sudah hampir langka, sehingga terdengar aneh atau
asing apalagi bagi generasi muda, seperti antara lain :
- Pencok
- Reuceuh
- Ulukutek
- Dawet
- Japilus
- Katimus
- Leumeung
- Peucang
- Tang-tang angin
- Ali-agrem
- Kerecek, dan sebagainya
LALAB
DAN SAMBAL
Jumlah
jenis tanaman lalab yang sudah tercatat, mula-mula sekitar 70 jenis (tahun
1986), kemudian meningkat menjadi 94 jenis (tahun 1993) dan sekitar 200 jenis
(tahun 2000).
Terungkap
kemudian bahwa kandungan gizi/nutrisi di dalam tanaman lalab dapat menjadi obat
mujarab untuk banyak penyakit berbahaya masakini, seperti antara lain :
- Penyakit DM (diabetes mellitus)/kencing manis
- Penyakit tekanan darah tinggi
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Penyakit syaraf
- penyakit rheumatik
- Memperbaiki sistem syaraf
- Menstabilkan vitalitas tubuh
- Meningkatkan gairah seksual,dan sebagainya
Beberapa
jenis tanaman lalab yang umum, antara lain
Bentuk
herba
|
|
Bentuk
perambat
|
|
Bentuk
pohon/perdu
|
|
Kelompok
tanaman berbahaya
Tanaman
berbahaya yang berada sekitar perkampungan, baik yang tumbuh liar di kawasan
hutan, di lereng bukit, di pinggir kali, di kebun, di batas kampung bahkan di
pekarangan rumah serta pertanaman kota, ternyata dapat dijadikan tanaman lalab
dan sangat digemari seperti jengkol, petai, katepeng, kastuba dan reundeu
beureum, dapat langsung dimakan mentah (seperti biji petai dan jengkol) ataupun
setelah dikukus/digodok (daun katepeng, kastuba dan sebagainya) bahkan ada yang
kemudian dijadikan “dage” (difermentasi) seperti buah benguk, koas pedang,
buang/buah muda cangkring, dan sebagainya, antara lain :
Kelompok/Nama
|
Bagian
tanaman untuk lalab
|
Perdu
|
——————————————-
|
Perambat
|
——————————————-
|
Pohon
|
————————————–
|
Kehadiran
pematang sawah, merupakan tempat yang multiguna bagi para petani. Bagi petani
yang setiap saat berada di sawah, pematang mempunyai arti tersendiri di dalam
perjalanan hidupnya.
Pagi hari begitu
pengantar makanan dari “lembur” (kampung) sudah datang, pematang sawah
merupakan tempat yang mengasyikan untuk santapan makan pagi yang serba
sederhana, karena yang penting adalah nasinya yang pulen, sambalnya yang medok,
sedang lauk-pauknya cukup dengan sepotong ikan asing atau pindang saja.
Juga sepanjang
pematang sawah, banyak dijumpai tanaman lalab, baik yang tumbuh liar ataupun
sengaja ditanam, seperti :
Tumbuh
Liar
|
Ditanam
|
|
|
Untuk obat hipertensi
Nama/jenis
tanaman
|
Bagian
tanaman yang digunakan
|
|
Daun, seluruh tanamanBuahDaun muda, buah
Daun muda,
buah tua
Rimpang
Buah
Daun
muda/pucuk, buah
Daun muda
Seluruh
tanaman
|
Tanaman lalab,
juga merupakan bagian dalam program WHO “Back to Nature” untuk bahan-bahan
berkhasiat obat, seperti :
Untuk
diabetes mellitus (kencing manis)
- belimbing wuluh –> daun, buah, bunga
- mengkudu –> daun muda, buah tua
- jamblang –> daun muda, buah
- jambu mede –> daun muda, buah
- jengkol –> buah/biji
- ketimun –> buah
- temulawak –> ringpang
- murbei –> daun, buah
- petai cina –> buah muda
- petai –> biji
Untuk obat peningkat gairah
Nama/jenis
tanaman
|
Bagian
tanaman yang dipergunakan
|
|
Daun muda/pucuk, buah ( mentah)Buah
(mentah)Pucuk/daun muda
Biji tua
|
Sambal atau
sambel merupakan makanan penyedap yang diramu dari bahan-bahan, baik
tumbuh-tumbuhan seperti cabe, bawang, jahe, kencur, dan sebagainya, ataupun
bahan lainnya berbentuk terasi (ini yang paling umum), oncom, isi buah kemiri
atau keratan batang serai dan sebagainya.
Di daerah
Pasundan dimana lalab menjadi bagian di dalam kehidupan dan budaya masyarakat,
jenis sambal yang paling umum digunakan adalah sambel terasi, sambel oncom dan
sambel kemiri.
Gurih tidaknya
sambel tidak hanya tergantung kepada bahan-bahan yang dipergunakan. Tetapi
tempat membuat dan cara membuatnya memegang peranan penting. Seperti coet
tempat sambal dibuat, dan mutu benda untuk menghancurkan
bahan-bahan sambal.
Coet batu pada
umumnya kurang digemari kalau dibandingkan dengan coet tanah, apalagi kalau
coet tanah tersebut buatan Plered dekat Purwakarta. Karena membuat sambal di
dalam coet tanah hasilnya akan lebih gurih dan lebih harum kalau dibandingkan
dengan coet batu, walaupun coet tanah mudah menipis dan mudah pecah.
Begitu juga mutu
yang terbuat dari pangkal pohon bambu lebih banyak disenangi kalau dibandingkan
dengan mutu yang terbuat dari batu. Selain baik, mutu jambu bentuknya juga bisa
lebar (menurut urang Sunda nya badag nya rubak / ya besar ya
lebar).
* * *
1. Jenis
Sambal
Beberapa jenis
sambal yang sudah umum untuk teman lalab di masyarakat Sunda, antara lain :
a.
Sambel terasi
Untuk
mendapatkan sambel terasi yang baik, harus dapat memilih jenis terasinya yang
baik pula. Karena yang dinamakan terasi ada beberapa jenis, tergantung kepada
bahan dan tempat membuatnya.
Bahan pembuat
sambel terasi terdiri dari terasi, apakah digoreng, dibakar atau dipepes
terlebih dahulu, kemudian cabe, baik cabe rawit (cengek) ataupun cabe merah,
garam, gula (umumnya gula merah) dan asam (dapat diganti dengan air jeruk
sambal atau jeruk purut, karena di samping memberikan rasa asam, juga aromanya
yang khas dan menyegarkan).
Kadang-kadang
dicampurkan pula bawang merah.
Semua bahan
dihancurkan sampai tercampur halus, kalau perlu ditambah air. Ada yang digoreng
dulu sebelum dimakan, ada pula yang langsung terus dimakan.
b.
Sambel oncom
Karena yang
dinamakan oncom banyak jenisnya 9tergantung kepada bahan pembuatnya dan tempat
pembuatannya), maka di dalam memilih oncom untuk bahan sambel jangan salah
pilih.
Bahan pembuat
sambel oncom terdiri dari oncom, mau digoreng, dibakar ataupun langsung yang
mentah, ditambah dengan garam, cabe rawit atau cabe merah, gula merah, kencur, bawang
merah, bawang putih, serta asam.
Semua bahan
dicampurkan dan dihancurkan. Ada yang kemudian langsung dimakan dan ada pula
yang digoreng terlebih dahulu.
c.
Sambel kemiri
Bahan-bahan
terdiri dari isi biji kemiri, mau dibakar, atau digoreng dulu, kemudian
dicampur dengan garam, cabe rawit, gula merah, tomat dan bawang merah.
Semua bahan
dicampur dan dihancurkan, kemudian digoreng, atau ada pula yang langsung
dimakan.
2. Bahanbaku
Pembuat Sambal
a.
Terasi
Terasi walau
mempunyai aroma yang khas, bagi orang yang belum biasa mungkin kurang enak,
tetapi justru bau khas tersebut bagi masyarakat Sunda mempunyai tempat
tersendiri di dalam menu makanan sehari-hari.
Terasi merupakan
bahan makanan yang digemari oleh semua lapisan masyarakat mulai dari tingkat bawah
sampai tingkat teratas sekalipun. Walau ternyata jenis terasi yang digunakan
akan sangat berbeda bagi masyarakat kecil atau umum, dengan pejabat tinggi
misalnya.
Juga pengguna
terasi tidak terbatas hanya kepada orang Sunda atau orang Indnesia yang sudah
mengenal dan mengenyam kelezatannya, juga orang-orang asing pun akan sama kalau
sudah menikmatinya.
Seperti kisah
jaman baheula yang menyangkut seorang tuan penggede yang menyenangi sayur asam.
Sayur asam, dimanapun dibuatnya selalu ditambah dengan terasi pada susunan
bumbunya. Si tuan, begitulah penggede ini dinamakan, senangnya makan sayur asam
melebihi terhadap jenis masakan lainnya asal negaranya.
Satu waktu si
koki (tukang masak)-nya dipanggil menghadap, dan diberi pertanyaan yang
berhubungan dengan cara membuat sayur asam.
“Apa yang kamu
tambahkan kalau membuat sayur asam disamping sayuran ?”
“Bumbu, Tuan”
“Iya saya tahu
itu bumbu. Tapi bumbu yang mana?”
“Itu tuan, ada
garam, ada asam dan ada …. ada…..”
“Ada apalagi ?”
“Ada, ada,
ada…..terasi Tuan”
“Nah itu terasi,
sebesar apa kamu tambahkan ?”
“Ah hanya
sebesar ini Tuan, sebesar …..” katanya sambil memperlihatkan ujung jari
kelingkingnya.
“Bagus ya,
bagus. Kalau besok kamu membuat lagi sayur asam, jangan menambahkan terasinya
sebesar itu, tapi harus sebesar ini …..” kata si Tuan sambil menyodorkan
kepalan tangannya.
Terasi dibuat
dari ikan, umumnya ikan laut, tergantung kepada jenis ikan yang dipergunakan
serta bahan campuran lainnya yang kemudian ditambahkan seperti sayuran dan
tepung, sehingga banyak jenis terasi yang dikenal dan diperdagangkan mengandung
15.6% protein, 2.2% lemak, 0.5% kalsium, 2.0% fosfor, sekian banyak vitamin
B-12 serta beberapa senyawa anti-mikroba.
Di Indonesia
kawasan pembuat terasi yang terkenal adalah Bagan Siapi-api, Indramayu, Cirebon
dan Sidoarjo.
Umumnya terasi
dibuat dari ikan laut (menjadi terasi ikan) atau dari udang (menjadi terasi
udang) sedang di Cirebon khusus dibuat dari udang kecil yang disebut rebon.
Bagian-bagian dari ikan yang keras seperti tulang sisik, dihilangkan kemudian
dihancurkan, ditambah 10% garam dan disimpan selama satu bulan sampai siap
untuk proses lebih lanjut.
Terasi yang
banyak beredar di pasar berbentuk gundukan dengan berat antara 10 sampai 20 kg,
sering disebut terasi delan atau terasi gede di jalan. Ini
artinya mungkin sewaktu di tempat pembuatannya hanya sebesar 5 kg, sampai ke
tempat persinggahan pertama menjadi 7 kg, ke persinggahan kedua menjadi 10 kg,
dan seterusnya hingga sampai ke Bandung menjadi 12 kg.
Biasanya jenis
terasi delan ini mempunyai harga lebih murah dan terlalu banyak garam. Campuran
selama di perjalanan mungkin tepung tapioka (hingga kalau dibakar
menggelembung) atau bahan-bahan sayuran, antara lain bunga pisang.
b. Oncom
Oncom merupakan
jenis bahan makanan yang dibuat dari bahan sisa, yaitu ampas/bungkil suuk
(kacang tanah) bekas membuat minyak. Walau begitu oncom seperti juga tempe,
memegang peranan tinggi di dalam susunan menu makanan sehari-hari masyarakat
Sunda serta masyarakat lain yang tinggal di Bandung. Oncom Bandung, apakah
dalam bentuk mentah yang segar atau sudah dalam bentuk olahannya, merupakan
oleh-oleh terkenal dari Bandung.
Oncom dibuat
dari bungkil kacang tanah dengan beberapa campuran, paling umum adalah ampas
tahu. Setelah bungkil bersama campuran dimasak, kemudian ragi oncom (jamur
oncom) disimpan beberapa hari pada temperatur kamar, maka jadilah oncom dengan
warna jingga yang menarik.
MAKANAN
SUNDA
Oleh
H. Unus Suriawiria
Gurubesar
Bioteknologi dan Agroindustri ITB
RINGKASAN
Dari
sekitar 80 jenis Makanan Sunda, lebih dari 65% terbuat dari tumbuh-tumbuhan,
sedang sisanya terbuat dari ikan dan daging. Sehingga setelah ada penambahan bumbu
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka nilai organoleptik (antara lain rasa
dan aroma) makanan akan menjadi lebih menarik. Juga kandungan gizi dan
nutrisinya sangat baik untuk kesehatan dan kebugaran tubuh. Serta lebih jauhnya
lagi akan dapat menghindari, mengatasi dan bahkan menyembuhkan berbagai jenis
peyakit berbahaya.
Penyiapan
bahan-bahan menjadi makanan, ada yang dilakukan secara fisik (ditumbuk,
dicampur, dimasak), secara kimia (penambahan asam cuka) ataupun secara biologis
(proses fermentasi, baik alkoholik misal pada pembuatan tape, ataupun secara
non-alkoholik, misal pada pembuatan asinan)
Yang
menjadi kendala mengapa Makanan Sunda tidak dapat mendunia seperti halnya
Kentucky Fried Chicken, Hamburger, Pizza, Ommelet, Hotdog, Jimsum, Tempura dan
sebagainya, karena sepenuhnya belum ada Sentuhan dan Kreativitas Seni serta
Budaya dalam bentuk pengemasan, pemberian hiasan, penyajian dan pola
hidang, seperti halnya makanan-makanan yang saat ini sudah menguasi pangsa
pasar dunia tersebut.
PRAKATA
MAKANAN
SUNDA termasuk di dalamnya “Lalab dengan Sambalnya”, merupakan budaya dan
kehidupan masyarakat di kawasan Pasundan, yang sudah memiliki sejarah dan
perjalanan panjang sejak nenek moyang atau karuhun Sunda dulu. Kalau kemudian
setiap Urang Sunda yang banyak mengembara keberbagai tempat, kerinduannya
terhadap makanan tersebut tidak akan luntur karena tahun terus berlalu, atau
berkurang karena perjalanan kehidupan yang panjang ataupun karena lingkungan
tempat hidupnya sudah jauh berbeda.
Seperti
apa yang terjadi pada Cep Didi asal Parigi dan Ujang Tarma asal Singaparna,
atau Neng Uum asal Panjalu dan Nyi Imas asal Ciomas. Walau sekarang sudah
menjadi penghuni kawasan elit Pondok Indah di Jakarta yang identik dengan
status mereka sebagai direktur bank dan manajer perusahaan impor-ekspor
terkemuka, atau istri pejabat tinggi dan konglomerat kaya, yang kalau makan
siang ataupun makan malam bersama kolega-bisnisnya di rumah makan hotel
berbintang terkenal, tetapi kegemaran dan kerinduannya terhadap Makanan Sunda,
tidak akan luntur karena tahun berlalu, atau berkurang karena perjalanan
panjang jaman. Sehingga pada hari-hari libur tertentu harus menyempatkan diri
mengunjungi salahsatu rumah makan ka-Sunda-an sekitar Senayan, atau sengaja
pergi ke Bogor, Puncak, Cianjur bahkan Bandung, untuk memuaskan hasrat hatinya
dan kerinduannya terhadap warisan budaya dan kehidupannya.
MAKANAN
SUNDA
Untuk
menghasilkan ramuan (formula) makanan bukan pekerjaan tanpa pengalaman. Apalagi
kalau makanan tersebut pada akhirnya dapat merajai dunia.
Suatu
jenis makanan akan diakui keberadaannya oleh pangsa pasar yang luas, serta
diterima oleh lidah para pengguna, ditentukan oleh beberapa faktor penentu
antara lain nilai organoleptik makanan tersebut, yang meliputi rasa,
aroma dan penampilan.
Rasa dan
aroma makanan, ditentukan oleh bahanbaku, penambahan bumbu penyedap serta
proses pengolahan. Sedang penampilan ditentukan oleh kreativitas desainer untuk
merancang bentuk dengan komposisi warna menarik dan pengemasannya. Sehingga
suatu produk akan luas edaran bisnisnya dan diterima oleh konsumen dari
banyak tempat/negara, tergantung kepada kepakaran para ahli teknologi makanan
untuk meramu dan memasaknya, serta kepada kreativitas para ahli desain produk
untuk mengemas secara menarik dan menghidangkannya.
Inilah
salah satu contoh di manajemen teknologi makanan yang berbasiskan kerja –
simbiosa – mutualistik antara pakar teknologi dan pakar seni dan desain,
sehingga menghasilkan suatu produk bermutu di bidang sumber gizi/nutrisi dan di
bidang produk untuk pemasaran, sehingga sendi-sendi kreativitas teknologi dan
seni – budaya, menyatu dan berkiprah bersamaan.
Dari
masalah dasar inilah kalau kemudian terungkap mengapa produk makanan suatu
negara dapat menguasai pasar dunia, seperti yang sekarang terjadi di Indonesia
: Ada hot dog, ada hamburger, ada spaghetti, ada maiyonase,
ada karee, ada kebab, ada sukiyaki, ada chinchaluk
dan sebagainya yang kesemuanya berasal dari benua Amerika, dan beberapa negara
di benua Eropa, dari India, Jepang, dari negara Timur Tengah, dari Korea
Selatan dan sebagainya.
Padahal
dari segi gizi (terkait dengan kesehatan) dan nutrisi (terkait dengan
kebugaran) jenis-jenis makanan asing tersebut yang sekarang sepertinya sudah
menjadi penghuni Indonesia, tidak akan melebihi makanan ka-Sunda-an yang sudah
banyak diperdagangkan. Bahkan banyak diantara makanan Sunda tersebut yang sudah
diakui nilainya sebagai makanan yang enak, gurih, dan memiliki rasa serta aroma
memikat. Ambilah contohnya lalab-sambel, ikan bakar, cobek, pepes/pais ikan,
lotek, rujak, soto, laksa, sampai ke sambal sekalipun.
Salah satu
penyebab mengapa jenis-jenis makanan tersebut kurang populer di negri orang,
antara lain yaitu masalah pengemasan yang menarik, masalah kualitas yang dapat
dipercaya. Sehingga kalaupun dijadikan oleh-oleh ke negaranya, tidak akan ada
kendala atau apalagi menjadi rusak. Dari pengalaman panjang produk makanan
Indonesia yang sekarang sudah dapat mengisi pangsa pasar setempat di suatu
negara, seperti antara lain dodol garut, wajit cililin, ikan
asap bahkan sampai ke tarasi sekalipun, yaitu bahwa masalah
pengemasan yang menarik dan tidak rusak selama perjalanan, juga masalah
kualitas (khususnya terkait dengan keselamatan produk) tidak akan bermasalah
karena perjalanan dan selama pengangkutan. Atau karena adanya perubahan cuaca
di negara tujuan.
Yang perlu
untuk dibanggakan adalah bahwa umumnya bahanbaku pembuatan makanan Sunda selalu
termasuk kepada program “4 sehat dan 5 sempurna” yang terdiri dari sumber
karbohidrat tinggi (biji-bijian, umbi-umbian dan sebagainya), sumber protein
tinggi (ikan, biji-bijian dan daging), sumber vitamin dan mineral tinggi
(seperti sayuran dan lalab) serta sederet bahan yang pada saat ini banyak
diharapkan kehadirannya untuk kesehatan dan kebugaran, seperti antara lain
Omega-3 (dari ikan), anti-oksidan (dari buah-buahan), anti-kanker dan HIV-AIDS
(dari sayuran dan jamur) sampai ke peningkat gairah seksual sekalipun (dari
lalab-lalaban) dan sebagainya.
Paling
menarik adalah masalah tempe (walau produk ini bukan hanya milik/berasal
dari lingkungan kehidupan Urang Sunda saja, tetapi umum untuk suku bangsa di
pulau Jawa), yaitu bahwa kalau biji kedele dianalisa, maka senyawa berkhasiat
yang ada di dalamnya terdiri dari sekitar 5 macam, yaitu : Protein, Lemak,
Karbohidrat, Mineral dan Vitamin. Tetapi setelah diproses menjadi tempe senyawa
bermanfaat yang ada di dalamnya terdiri dari sekitar 9 macam, umumnya memiliki
khasiat sebagai obat, seperti : Protein, asam amino, mineral, vitamin, lesitin,
antibiotika, antivirus, anti-oksidan, zat pengatur
tumbuh, dan sebagainya. Sehingga kalau tempe secara rutin dikonsumsi, maka
si pemakan minimal akan terhindar dari beberapa penyakit berbahaya masa kini,
seperti jantung koroner, infeksi bakteri/virus, dan sebagainya.
Pada
umumnya makanan Sunda memiliki kandungan gizi (untuk kesehatan) dan nutrisi
(untuk kebugaran) yang tinggi, terdiri dari :
- Karbohidrat (asal tanaman, terutama biji-bijian dan umbi-umbian)
- Lemak dan protein (asal ikan , hewan ternak dan biji-bijian)
- Mineral dan vitamin (asal tanaman, terutama sayuran dan lalab)
nasi
& lalap sambel
Seperti
juga jenis makanan lainnya yang umum di Indonesia, selalu menambahkan bumbu/penyedap
alami asal tanaman yang memiliki fungsi sebagai :
- Peningkat nilai organoleptik (rasa dan aroma) makanan
- Peningkat warna dan penampilan makanan
- Pengawet agar makanan dapat disimpan lama tanpa kerusakan dan penurunan kualitas.
yang
terdiri dari antara lain : jahe, kencur, kunir, lengkuas, pandan, cabe, bawang,
pedes, asam dan sebagainya.
Tercatat
sedikitnya ada 80-macam makanan Sunda, umumnya terbuat dari :
- Biji-bijian
- Buah-buahan
- Umbi-umbian
- Daun/pucuk tanaman
- Kulit batang
- Tepung
- Tanaman secara keseluruhan
- Ikan
- Daging
- Telur
Dari
jumlah tersebut sedikitnya sekitar 10 jenis yang memiliki nilai bisnis tinggi,
baik untuk komoditi perdagangan lokal/setempat ataupun sebagai komoditi ekspor.
|
|
Kendala
yang paling umum dan banyak dijumpai terhadap makanan tersebut adalah :
- Kualitas produk yang belum tetap dan seragam
- Kualitas produk yang belum terjamin
- Kontinuitas produk yang belum terpenuhi oleh kebutuhan konsumen
lotek
Beberapa
jenis Makanan Sunda ada yang sudah hampir langka, sehingga terdengar aneh atau
asing apalagi bagi generasi muda, seperti antara lain :
- Pencok
- Reuceuh
- Ulukutek
- Dawet
- Japilus
- Katimus
- Leumeung
- Peucang
- Tang-tang angin
- Ali-agrem
- Kerecek, dan sebagainya
LALAB
DAN SAMBAL
Jumlah
jenis tanaman lalab yang sudah tercatat, mula-mula sekitar 70 jenis (tahun
1986), kemudian meningkat menjadi 94 jenis (tahun 1993) dan sekitar 200 jenis
(tahun 2000).
Terungkap
kemudian bahwa kandungan gizi/nutrisi di dalam tanaman lalab dapat menjadi obat
mujarab untuk banyak penyakit berbahaya masakini, seperti antara lain :
- Penyakit DM (diabetes mellitus)/kencing manis
- Penyakit tekanan darah tinggi
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Penyakit syaraf
- penyakit rheumatik
- Memperbaiki sistem syaraf
- Menstabilkan vitalitas tubuh
- Meningkatkan gairah seksual,dan sebagainya
Beberapa
jenis tanaman lalab yang umum, antara lain
Bentuk
herba
|
|
Bentuk
perambat
|
|
Bentuk
pohon/perdu
|
|
Kelompok
tanaman berbahaya
Tanaman
berbahaya yang berada sekitar perkampungan, baik yang tumbuh liar di kawasan
hutan, di lereng bukit, di pinggir kali, di kebun, di batas kampung bahkan di
pekarangan rumah serta pertanaman kota, ternyata dapat dijadikan tanaman lalab
dan sangat digemari seperti jengkol, petai, katepeng, kastuba dan reundeu
beureum, dapat langsung dimakan mentah (seperti biji petai dan jengkol) ataupun
setelah dikukus/digodok (daun katepeng, kastuba dan sebagainya) bahkan ada yang
kemudian dijadikan “dage” (difermentasi) seperti buah benguk, koas pedang,
buang/buah muda cangkring, dan sebagainya, antara lain :
Kelompok/Nama
|
Bagian
tanaman untuk lalab
|
Perdu
|
——————————————-
|
Perambat
|
——————————————-
|
Pohon
|
————————————–
|
Kehadiran
pematang sawah, merupakan tempat yang multiguna bagi para petani. Bagi petani
yang setiap saat berada di sawah, pematang mempunyai arti tersendiri di dalam
perjalanan hidupnya.
Pagi hari begitu
pengantar makanan dari “lembur” (kampung) sudah datang, pematang sawah
merupakan tempat yang mengasyikan untuk santapan makan pagi yang serba
sederhana, karena yang penting adalah nasinya yang pulen, sambalnya yang medok,
sedang lauk-pauknya cukup dengan sepotong ikan asing atau pindang saja.
Juga sepanjang
pematang sawah, banyak dijumpai tanaman lalab, baik yang tumbuh liar ataupun
sengaja ditanam, seperti :
Tumbuh
Liar
|
Ditanam
|
|
|
Untuk obat hipertensi
Nama/jenis
tanaman
|
Bagian
tanaman yang digunakan
|
|
Daun, seluruh tanamanBuahDaun muda, buah
Daun muda,
buah tua
Rimpang
Buah
Daun
muda/pucuk, buah
Daun muda
Seluruh
tanaman
|
Tanaman lalab,
juga merupakan bagian dalam program WHO “Back to Nature” untuk bahan-bahan
berkhasiat obat, seperti :
Untuk
diabetes mellitus (kencing manis)
- belimbing wuluh –> daun, buah, bunga
- mengkudu –> daun muda, buah tua
- jamblang –> daun muda, buah
- jambu mede –> daun muda, buah
- jengkol –> buah/biji
- ketimun –> buah
- temulawak –> ringpang
- murbei –> daun, buah
- petai cina –> buah muda
- petai –> biji
Untuk obat peningkat gairah
Nama/jenis
tanaman
|
Bagian
tanaman yang dipergunakan
|
|
Daun muda/pucuk, buah ( mentah)Buah
(mentah)Pucuk/daun muda
Biji tua
|
Sambal atau
sambel merupakan makanan penyedap yang diramu dari bahan-bahan, baik
tumbuh-tumbuhan seperti cabe, bawang, jahe, kencur, dan sebagainya, ataupun
bahan lainnya berbentuk terasi (ini yang paling umum), oncom, isi buah kemiri
atau keratan batang serai dan sebagainya.
Di daerah
Pasundan dimana lalab menjadi bagian di dalam kehidupan dan budaya masyarakat,
jenis sambal yang paling umum digunakan adalah sambel terasi, sambel oncom dan
sambel kemiri.
Gurih tidaknya
sambel tidak hanya tergantung kepada bahan-bahan yang dipergunakan. Tetapi
tempat membuat dan cara membuatnya memegang peranan penting. Seperti coet
tempat sambal dibuat, dan mutu benda untuk menghancurkan
bahan-bahan sambal.
Coet batu pada
umumnya kurang digemari kalau dibandingkan dengan coet tanah, apalagi kalau
coet tanah tersebut buatan Plered dekat Purwakarta. Karena membuat sambal di
dalam coet tanah hasilnya akan lebih gurih dan lebih harum kalau dibandingkan
dengan coet batu, walaupun coet tanah mudah menipis dan mudah pecah.
Begitu juga mutu
yang terbuat dari pangkal pohon bambu lebih banyak disenangi kalau dibandingkan
dengan mutu yang terbuat dari batu. Selain baik, mutu jambu bentuknya juga bisa
lebar (menurut urang Sunda nya badag nya rubak / ya besar ya
lebar).
* * *
1. Jenis
Sambal
Beberapa jenis
sambal yang sudah umum untuk teman lalab di masyarakat Sunda, antara lain :
a.
Sambel terasi
Untuk
mendapatkan sambel terasi yang baik, harus dapat memilih jenis terasinya yang
baik pula. Karena yang dinamakan terasi ada beberapa jenis, tergantung kepada
bahan dan tempat membuatnya.
Bahan pembuat
sambel terasi terdiri dari terasi, apakah digoreng, dibakar atau dipepes
terlebih dahulu, kemudian cabe, baik cabe rawit (cengek) ataupun cabe merah,
garam, gula (umumnya gula merah) dan asam (dapat diganti dengan air jeruk
sambal atau jeruk purut, karena di samping memberikan rasa asam, juga aromanya
yang khas dan menyegarkan).
Kadang-kadang
dicampurkan pula bawang merah.
Semua bahan
dihancurkan sampai tercampur halus, kalau perlu ditambah air. Ada yang digoreng
dulu sebelum dimakan, ada pula yang langsung terus dimakan.
b.
Sambel oncom
Karena yang
dinamakan oncom banyak jenisnya 9tergantung kepada bahan pembuatnya dan tempat
pembuatannya), maka di dalam memilih oncom untuk bahan sambel jangan salah
pilih.
Bahan pembuat
sambel oncom terdiri dari oncom, mau digoreng, dibakar ataupun langsung yang
mentah, ditambah dengan garam, cabe rawit atau cabe merah, gula merah, kencur, bawang
merah, bawang putih, serta asam.
Semua bahan
dicampurkan dan dihancurkan. Ada yang kemudian langsung dimakan dan ada pula
yang digoreng terlebih dahulu.
c.
Sambel kemiri
Bahan-bahan
terdiri dari isi biji kemiri, mau dibakar, atau digoreng dulu, kemudian
dicampur dengan garam, cabe rawit, gula merah, tomat dan bawang merah.
Semua bahan
dicampur dan dihancurkan, kemudian digoreng, atau ada pula yang langsung
dimakan.
2. Bahanbaku
Pembuat Sambal
a.
Terasi
Terasi walau
mempunyai aroma yang khas, bagi orang yang belum biasa mungkin kurang enak,
tetapi justru bau khas tersebut bagi masyarakat Sunda mempunyai tempat
tersendiri di dalam menu makanan sehari-hari.
Terasi merupakan
bahan makanan yang digemari oleh semua lapisan masyarakat mulai dari tingkat bawah
sampai tingkat teratas sekalipun. Walau ternyata jenis terasi yang digunakan
akan sangat berbeda bagi masyarakat kecil atau umum, dengan pejabat tinggi
misalnya.
Juga pengguna
terasi tidak terbatas hanya kepada orang Sunda atau orang Indnesia yang sudah
mengenal dan mengenyam kelezatannya, juga orang-orang asing pun akan sama kalau
sudah menikmatinya.
Seperti kisah
jaman baheula yang menyangkut seorang tuan penggede yang menyenangi sayur asam.
Sayur asam, dimanapun dibuatnya selalu ditambah dengan terasi pada susunan
bumbunya. Si tuan, begitulah penggede ini dinamakan, senangnya makan sayur asam
melebihi terhadap jenis masakan lainnya asal negaranya.
Satu waktu si
koki (tukang masak)-nya dipanggil menghadap, dan diberi pertanyaan yang
berhubungan dengan cara membuat sayur asam.
“Apa yang kamu
tambahkan kalau membuat sayur asam disamping sayuran ?”
“Bumbu, Tuan”
“Iya saya tahu
itu bumbu. Tapi bumbu yang mana?”
“Itu tuan, ada
garam, ada asam dan ada …. ada…..”
“Ada apalagi ?”
“Ada, ada,
ada…..terasi Tuan”
“Nah itu terasi,
sebesar apa kamu tambahkan ?”
“Ah hanya
sebesar ini Tuan, sebesar …..” katanya sambil memperlihatkan ujung jari
kelingkingnya.
“Bagus ya,
bagus. Kalau besok kamu membuat lagi sayur asam, jangan menambahkan terasinya
sebesar itu, tapi harus sebesar ini …..” kata si Tuan sambil menyodorkan
kepalan tangannya.
Terasi dibuat
dari ikan, umumnya ikan laut, tergantung kepada jenis ikan yang dipergunakan
serta bahan campuran lainnya yang kemudian ditambahkan seperti sayuran dan
tepung, sehingga banyak jenis terasi yang dikenal dan diperdagangkan mengandung
15.6% protein, 2.2% lemak, 0.5% kalsium, 2.0% fosfor, sekian banyak vitamin
B-12 serta beberapa senyawa anti-mikroba.
Di Indonesia
kawasan pembuat terasi yang terkenal adalah Bagan Siapi-api, Indramayu, Cirebon
dan Sidoarjo.
Umumnya terasi
dibuat dari ikan laut (menjadi terasi ikan) atau dari udang (menjadi terasi
udang) sedang di Cirebon khusus dibuat dari udang kecil yang disebut rebon.
Bagian-bagian dari ikan yang keras seperti tulang sisik, dihilangkan kemudian
dihancurkan, ditambah 10% garam dan disimpan selama satu bulan sampai siap
untuk proses lebih lanjut.
Terasi yang
banyak beredar di pasar berbentuk gundukan dengan berat antara 10 sampai 20 kg,
sering disebut terasi delan atau terasi gede di jalan. Ini
artinya mungkin sewaktu di tempat pembuatannya hanya sebesar 5 kg, sampai ke
tempat persinggahan pertama menjadi 7 kg, ke persinggahan kedua menjadi 10 kg,
dan seterusnya hingga sampai ke Bandung menjadi 12 kg.
Biasanya jenis
terasi delan ini mempunyai harga lebih murah dan terlalu banyak garam. Campuran
selama di perjalanan mungkin tepung tapioka (hingga kalau dibakar
menggelembung) atau bahan-bahan sayuran, antara lain bunga pisang.
b. Oncom
Oncom merupakan
jenis bahan makanan yang dibuat dari bahan sisa, yaitu ampas/bungkil suuk
(kacang tanah) bekas membuat minyak. Walau begitu oncom seperti juga tempe,
memegang peranan tinggi di dalam susunan menu makanan sehari-hari masyarakat
Sunda serta masyarakat lain yang tinggal di Bandung. Oncom Bandung, apakah
dalam bentuk mentah yang segar atau sudah dalam bentuk olahannya, merupakan
oleh-oleh terkenal dari Bandung.
Oncom dibuat
dari bungkil kacang tanah dengan beberapa campuran, paling umum adalah ampas
tahu. Setelah bungkil bersama campuran dimasak, kemudian ragi oncom (jamur
oncom) disimpan beberapa hari pada temperatur kamar, maka jadilah oncom dengan
warna jingga yang menarik.
No comments:
Post a Comment